Barangkali inilah awal mula tergugahnya hati dan pikiran kami yang menyadari betapa betapa asyiknya dunia Wayang bagi Hikam. Waktu itu acara Camping teman-teman Homeschooling Yogya Koper Mandiri yang pada suatu sesi ada acara membuat mainan. Waktu itu saya sempat cemas begitu melihat tumpukan wayang-wayang kertas itu bersama dengan mainan tradisonal lainnya yang terbuat dari kertas dan bambu yang berwarna-warni.
Karena kejadian sebelumnya waktu kami pergi ke Jatijajar bareng rombongan teman Kantor ayahnya sempat kalap begitu melihat kios yang memajang wayang kulit dari yang kecil hingga besar.
Kebetulan uang dalam dompet nggak lebih dari 50rb. Awalnya saya langsung pasrah dia narik-narik lari menuju ke kios itu dari antara puluhan deretan kios yang berjajar di sepanjang jalan keluar.
Untung suami langsung datang, dan dia ngikuti kemauannya setelah pakai acara adat guling-guling ketika kemauannya nggak segera aku turuti.
Sempat gigit jari pula karena dalam bayanganku, ini pasti lebih dari 100rb (karena kami benar-benar nol pengetahuan harga wayang kulit). Dan setelah tawar menawar dan bujuk membujuk panjang lebar, akhirnya dapatlah dua batang wayang kecil-kecil seharga 75rb/2@.
Oh ya balik lagi bicara kejadian di Camping itu.
Siang itu, begitu matanya tertuju pada tumpukan wayang hingga larut malam (acara demi acara terlewati begitu saja).
Pikiranku saat itu cuman satu. Bagiamana kalo ini nanti akan dibagikan anak-anak satu-satu.
Ngelu rasanya nggak karuan. Tapi ketika salah satu mbak-mbak bilang kalo wayangnya dijual, lega juga hatiku. Tapi tidak berhenti sampai di situ, karena beberapa anak kecil ada yang masih menginginkannya. Saya memang nggak suka jika perilaku Hikam ini dibiarkan liar begitu saja dan menguasai apa yang dia mau, tidak peduli dengan teman ataupun orang lain. Meskipun mungkin sebagian orang tua memaklumi itu. Tapi saya sendiri sangat-sangat tidak senang jika ini dibiarkan...
Sambil hitung-hitung dompet, akhirnya suami memutuskan untuk membeli semua wayang yang tersisa waktu itu. Bahkan ketika ada salah satu orang tua yang berniat membeli wayang itu harus ngumpet-ngumpetin satu persatu tanpa sepengetahuan dia.
Meskipun dia belum kenal betul tokoh-tokoh itu, dan belum bisa menghitung dengan benar. tapi ketika salah satu diambil dia langsung bereaksi, seakan tahu betul berapa jumlah semula yang saya lihat dan bagaimana bentuknya.
Sepanjang Acara berlangsung ia asyik sendiri hingga sore, saat lampu pendopo mulai menyala. Namun begitu suami ajak rembukan untuk mematikan lampu pendopo, barulah dia mau beranjak dari tempat itu.
Tidak sampai hanya di situ. Saat malam pun dia lebih memilih berada dalam tenda dan memainkan wayang-wayangnya dengan pencahayaan lampu senter seorang diri.
Karena saya sendiri merasa bosan melihat asyik dunia dia. Kami berdua memilih ikut acara api unggun.
Saat itulah seorang ibu-ibu memberitahukan kami bahwa Hikam tertidur di atas Batu
hahaha.... Ah....??? Akhirnya kamu capek juga le??
Baik, Buruknya sebuah Peradaban bermula dari sebuah Kehangatan keluarga. Dan Rumah adalah tempat kita berteduh, belajar meramu dan merangkai semua mimpi bersama orang-orang yang kita cintai dan sayangi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Perkembangan Amira 2-3tahun
Ledakan perolehan kosa kata terjadi dalam waktu satu tahun belakangan pasca kecelakaan di tahun 2021 Maret 28. Yang sebenarnya d...
-
Dalam Al Quran banyak dijumpai konsep kata. Ada qaulan ma'rufa , qaulan karima , qaulan sadida , qaulan tsaqila , qaulan baligha ,...
-
Sering orang mempertanyakan soal sosialisasi anak-anak Homeschooling ketika pertanyaan mereka tentang jalur pendidikan anak-anak Homeschool...
-
Sebagai orang tua dari Homeschooler, kami sebagai orang tua tak henti-hentinya kami terus ingin menambah ilmu dan pengetahuan. Dariman...
No comments:
Post a Comment