Tuesday, November 27, 2018

Sosialisasi yang Canggung

Waktu duduk di bangku sekolah dasar, aku ini termasuk anak manis yang selalu menjadi perhatian guru-guru.
Dan... memang berusaha menjaga image itu agar bisa dilihat sebagai seorang anak yang baik.

Menjelang masuk kelas 3, ada murid baru dari sekolah lain. Dia lah anak lelaki pertama kali yang kulihat sebagai anak lelaki yang sempurna.
Kenapa? Selain bajunya yang selalu disetrika rapi, lengkap dengan sepatu dan topi nya yang bersih membuat wajah ke arab2an itu makin menarik, meski aku nggak suka dengan rambut ikalnya.

Dialah Zaky, anak yang paling sensitif dan sering mengamuk hanya gara-gara masalah sepele, seperti misal sikunya kesenggol teman.

Bagi kami, ia adalah anak misterius yang selalu diam memendam masalahnya. Entah apa aku nggak tahu, tapi setahuku ia punya masalah serius dengan keluarganya. Kabar itu aku tahu justru dari teman SD saat duduk di bangku SMA.

Itulah pertama kalinya ia meminta dua teman akrabku mengantarku ke rumahnya.
Dan kondisinya, benar-benar di luar dugaan dari penampilannya yang dulu yang paling rapi dan terawat.

Saat pagi tiba, ia selalu keluar kelas dan termenung di depan kubangan lapangan yang selalu dipenuhi air kecoklatan saat musim hujan setinggi 1,5m dari lantai sekolah untuk mengantisipasi air hujan masuk.

Entah apa yang terjadi, namun aku merasa punya ikatan batin yang tak wajar dengannya. Karena belakangan, ia selalu hadir dalam mimpi-mimpiku hingga jadi mahasiswa di Yogya.

Bukan mimpi romantisme atau drama ala korea, melainkan simbol-simbol yang sulit aku bahasakan. Seperti diantaranya; aku melihat sosoknya di depan gundukan tanah semacam kuburan orang China dengan nuansa gelap menghadap sumber cahaya putih yang terang, dan segambreng mimpi-mimpi isyarat yang muncul hampir tiap malam seperti menonton drama serial yang bertahun-tahun lamanya.

Dan itu sangat menjengkelkan. Apalagi saat menjadi mahasiswa, mulai melirik beberpa lelaki yang bagiku masuk kriteria.
Tapi entah mengapa mimpi itu seperti menterorku tiap malam.

Hingga aku harus menyadari se sadar-sadarnya, bahwa itu adalah cinta pertama yang sejati. Tapi ternyata....?
Entah apa.
Nyatanya hingga aku berkeluarga pun mimpi-mimpi isyarat itu masih kerap muncul. Namun kini aku menganggapnya pesan alam yang dikirim padaku. Untuk apa?? Aku nggak tahu juga.

Itulah awal mula aku memberikan lampu kuning pada seorang lelaki, dan memberanikan diri tanya kabar Zaky pada teman SD dulu di kampung halaman. Dalam surat itu terang-terangan aku katakan kalau "aku kangen", makanya aku memaksa mereka agar menemukan alamat rumahnya yang sudah pindah ke luar kota.

Kenapa? karena aku ini orangnya, ketika punya keinginan sesuatu, harus segera terpenuhi. Tidak ada kata tidak mungkin dalam kamus ku. Itulah mengapa aku memakai kata-kata "kangen"

Tangan berasa lemas, nafas serasa berhenti menyimak detak jantung yang tak beraturan saat menulis surat itu... Rasanya nyaris seperti nyemplung sumur. Karena sejak smp, aku ini terkenal dingin dengan lawan jenis. Bahkan teman kuliahku bilang, aku ini seolah-olah seperti nggak butuh lelaki.

Itu terpaksa aku lakukan demi memecahkan misteri mimpi-mimpi panjang bertahun-tahun yang bagiku itu sudah sangat mengganggu di tiap malam, layaknya menonton sinetron.

Satu saat kami sengaja ketemuan di rumah teman. Lagipula, bisa kacau kalau di rumahku sendiri.
Dan pertama kali kami ketemu, bukan aku tapi dia yang mengintrogasiku lebih dulu. Darimana dapat alamat rumahnya. Ini yang menjengkelkan amat sangat. Harga diriku terasa sedang di bawah ketiaknya.

Ada satu hal yang ku perhatikan dari sosoknya yang hampir pas dengan mimpi-mimpiku.
Ia misterius, dan nampak seperti orang punya gangguan jiwa. Bukan gila, tepatnya seperti pemakai narkoba.

Dalam pertemuan berikutnya, ia mulai curiga bukan main. Siapa aku sebenarnya, darimana ia tahu semua tentang kehidupannya. Karena baginya, kata-kataku ini sudah sangat mengaduk-aduk privasinya saat itu.
Bahkan ia tidak percaya sama sekali jika aku tahu hanya lewat mimpi-mimpi isyarat.

Saat itulah rasa kesalku mulai muncul. Bahkan performance dalam mimpiku yang sempurna sangat bertolak belakang dengan kenyataannya.

Dia bukan lelaki sempurna lagi.
Apalagi saat aku berhasil membongkar rahasianya bahwa ia dulu mantan pemakai narkoba kelas berat yang mana nyawanya hampir melayang gara-gara over dosis.

Ditambah lagi seorang perokok dan peminum. Itu benar-benar menjatuhkan harga diriku sebagai seorang mahasiswi yang dianggap cerdas namun punya selera rendah. Karena selain tidak mengenyam pendidikan bangku kuliah, ia juga mengaku kadang jadi pengamen jalanan. Hancur bukan main harga diriku.

Tapi satu hal yang membuatku berat, yakni keluarganya.

Yang aku heran adalah satu. Di mataku Zaky ini lelaki hancur berantakan, tapi ia tetap dihargai dan disegani adik-adiknya. Begitu juga denganku yang belakangan diminta menginap di rumahnya oleh ibu dan adik-adiknya.

Ya! mungkin aku ini termasuk mahasiswi bebas main ke rumah cowoknya, bahkan menginap 1-2hari itu seperti hal biasa.
Tapi satu hal yang ku pegang kekeh. Sentuhan tangan (semacam bersalaman saja nggak pernah), apalagi yang lainnya. Ini juga berlaku buat semua teman lelakiku di kampus. Aku paling nggak suka kontak fisik dengan perempuan, apalagi lelaki.

Bisa dibayangin kan?? Di sana apa yang bisa kita lakukan selain ngobrol ngobrol dan ngobrol. Baik pada adik-adiknya, ibunya, neneknya, bahkan dia sendiri hingga pagi.

Apa nggak ada keinginan? Tentu saja ada.
Tapi aku tahu diri, bahwa jika itu terjadi "sekali saja" Hancur semua masa depan yang dari dulu aku susun.

Kalau bisa dibilang, inilah tempat pelarianku yang sesungguhnya dari rumah dan keluargaku yang ku anggap seperti neraka. Sejak dulu semua kata-kataku dianggap omong kosong dan konyol.

Dalam keluarga Zaky, aku merasa bahwa semua kata-kata dan tindakanku dihargai, bahkan oleh ibu dan neneknya, apalagi adik-adiknya.

Di sinilah aku merasa menjadi manusia seutuhnya yang mana aku merasa, "seperti inilah harusnya sebuah keluarga" sekalipun dengan segala kekurangan sana-sini. Termasuk ibunya yang telah cerai bertahun-tahun kini main-main dengan lelaki lain yang umurnya jauh di bawahnya.

Di akhir jelang wisuda, ternyata ibu bapakku membuat spion di belakangku.
Semenjak Zaky datang ke rumah, ibu langsung mengintrogasinya dari A-Z seperti yang dilakukan pada saat suamiku pertama kali datang ke rumah.

Itulah detik-detik kehancuran hubungan kami.

Aku sadar, dia bukan lelaki baik-baik. Tapi sisi lain sudah terlanjur merasa nyaman dengan keluarganya. Karena nyatanya jika aku ngobrol dengan Zaky adanya sering pertengkaran demi pertengkaran yang sepertinya kami memang nggak cocok satu sama lain, sekalipun kami sama-sama saling merindukan.

Saat tahu latar belakang keluarga dan diri Zaky. Ibu ketakutan bukan main dan mengancamku nggak akan menganggapnya anaknya lagi jika nggak segera putus hubungan dengannya.

Saat itulah aku bermunajat kuat minta pertolongan Allah agar ditunjukkan yang terbaik untukku saat itu.
Karena merasa sendiri lagi di tengah keluarga yang tidak menganggapku manusia itu adalah hal yang paling menyedihkan dalam hidup. Apalagi kehilangan sosok nyaman si ibu Zaky.

Saat itulah beberapa orang lelaki datang dan pergi seperti Allah sedang memberikan pilihan-pilihan itu.




No comments:

Perkembangan Amira 2-3tahun

Ledakan perolehan kosa kata terjadi dalam waktu satu tahun belakangan pasca kecelakaan di tahun 2021 Maret 28. Yang sebenarnya d...