Saturday, April 24, 2021

Kata Pasrah

((foto diambil saat hendak buka jahitan yang sudah berusia hampir 1bulan. yang sakitnya luar biasa... karena selain sudah terlalu nekan ke kulit perut, juga terdapat luka bekas pencetan rembesan cairan yang bikin gatel))


Sulit dan ambigu ketika kita berkata "Pasrah".
Karena pasrah, bukan berarti kita menyerah akan kehidupan fana.
Melainkan menyerah setulusnya, se ikhlasnya pada kehendak Allah. Mau diapakan kita.
Berat?
Sangat.
Dulu ini saya praktekkan saat kondisi-kondisi terjepit. Namun rupanya ketika sudah menjadi ibu, saya sering lupa. Bahwa hidup adalah bagian dari serangkain manusia menjalani kehidupannya, baik kehidupan saat hidup di dunia maupun kehidupan setelah mati.

Apa yang terjadi ketika kita sudah pasrah?
Kita siap2 kehilangan apapun. Termasuk nyawa atau harta benda.
Namun ada satu keyakinan yang kadang kita lupakan.
"Bahwa apapun itu, Allah yang ar Rahman dan ar Rahim akan senantiasa menunjukkan jalan kita pada sesuatu yang lebih baik."
Karena kenaikan kelas, selalu akan ada ujian. Makin berat ujian seseorang, makin besar peluang kebesaran yang bakal diraih. Entah apapun itu...

Seperti saat kejadian laka.
Saya kaget bukan main. Merasa Allah sedang mengingatkan keras perbuatan saya beberapa minggu sebelumnya. Disamping energi negatif yang membuat hari2 makin buruk hingga akhirnya energi negatif itu terkumpul dan meledaklah saat itu.

Ya, saya lagi memperhatikan reaksi swami yang cuek, dingin dan keras kepala. Bahkan ketika saya ajak ke Kopeng tidur di Hotel dengan harapan mampu meredakan kebuntuan pikiranku sendiri.
Namun akhirnya tetap saja ditinggal tidur swami di saat saya harus mengajak bicara baik2 dengan anak2.
Saat itu, apa yang terjadi dalam hatiku.
"Jika hendak terjadi, terjadilah... aku menuruti kehendakMu Ya Allah..."
Meski saat itu saya benar2 shock.

Begitupula saat di evakuasi.
Saya hanya bisa pasrah, apapun yang terjadi dalam tubuhku, aku mengikuti kuasaMu.
Lagi2 hanya air mata yang menggelintir.

Beda lagi saat jelang oprasi. Saat itu sudah jelang ashar, saya ingin sholat dulu.
Saat itu pikirku hanya...
"Kalau nyawaku memang ini yang terakhir... saya nggak hutang sholat lagi"
Begitu merem takbirotul ikhram dengan baju selutut dan tanpa jilbab. Saya hanya bisa pasrah...

Lusssss.... tenang betul, damai luar biasa.

Sepanjang ketidaksadaranku, saya seperti sedang melihat dokter tengah membentangkan usus2ku dan organ dalamku dengan warna abu pucat, namun bentuknya lebih besar dari ukuran seharusnya.

Begitu sadar, tenggorokanku tercekat oleh dua pipa oksigen nyekat di tenggorokanku yang tak pikir itu seperti alumunium tipis.

Sayup2 aku dengar, perawat mengambil sampel darah di kakiku, dan kembali membungkusnya rapat2 dan aku dengar

"Ditutup mbak, bu sochibah kedinginan katanya nggak kuat kedinginan" kurang lebih begitu.

Perlahan aku buka mataku berat. Aku lihat di sekelilingku penuh dengan warna putih, termasuk peralatan yang terpasang di tubuhku. Para suster berlalu lalang di sekelilingku memastikan peralatan beberapa pasien di sebelahku yang tak terlihat karena tertutup mesin detak jantung.

Perlahan aku bisa gerakkan kakiku "Alhamdulillah ya Allah.. ternyata aku masih hidup" pikirku mulai menitikkan air mata antara sedih dan bahagia

Jari jemari terasa ringan bisa ku gerakkan perlahan (tidak seperti waktu cesar) dan mulai meraba perutku yang ternyata ada beberapa selang. Termasuk balutan perban di perutku sebelah kiri.

"Mbak, saya sudah dioprasi?"

"Sudah bu, oprasinya sudah selesai"

Lagi2 aku menitikkan air mata, karena nyatanya untuk menangis saja memang butuh tenaga. Jadi berulangkali saya hanya bisa menitikkan air mata terharu,

"Karena nyatanya saya masih dikasih dispensasi umur lagi sama Allah"

Saat itu saya ingat meninggalkan beberapa waktu sholat.

"Mbak... jam berapa?" suaraku berasa kesedak ketelan pipa dan hendak batuk

"Allah ya Robbi..." pikirku pingin nangis karena kudu nahan batuk karena guncangan perut.

"Jam enam bu,"

Sayup2 aku dengar, bahwa harusnya aku di ruang ICU selama 8jam. Jadi aku hitung2, harusnya kalau masuk jam 3 keluar jam 6 berarti masih kurang berapa jam?

Cara berpikirku agak nge fly

Hitung demi hitung, berarti aku bisa keluar dari situ sekitar 5jam lagi. Pikirku saat itu.

Akhirnya aku berpikir untuk ngejar waktu sholat maghrib "pikirku saat itu"

"Mbak.. adzan maghrib nya sudah dari tadi ya?"

si perawat agak bingung,

"Sudah jam 6 pagi, bu"

"Allah ya Robbi..."

Alhamdulillah...





Semoga kelak kita kembali dengan husnul khotimah ya nak...

#jelang lepas jahitan perut#

Terimakasih Allah..
Engkau berikan kami ujian yang cukup berat, dan Engkau berikan kami kekuatan serta kemampuan melewatinya.

No comments:

Perkembangan Amira 2-3tahun

Ledakan perolehan kosa kata terjadi dalam waktu satu tahun belakangan pasca kecelakaan di tahun 2021 Maret 28. Yang sebenarnya d...