alu bilang begitu.
Tapi ada yang unik. Dia mulai suka merapikan mainannya sendiri meskipun kalo aku yang merapikan, dia akan marah dan ngobrak-abriknya lagi. Sperti angka2 kecil yang terbuat dari kayu, dia marah kalo aku yang nata, dia rebut di jejer ulang dan dimasukkannya lagi.
Semalem kata ayahnya, Hikam nglepas colokan netbook yang masih tertancap, lalu menutup netbooknya dan memasukkannya dalam wadah dan tunjuk2 ke atas pada ayahnya minta diletakkan di atas lemari. hehehe...
Dan akhir2 ni yang paling lucu adalah ketika habis mainan komputer. Dia selalu matikan dengan cara shut down pada layar lalu melepas colokan kabel komputer. Agak riskan emang, tapi itulah dia. Semakin dia di larang semakin marah dan kadang menentang.
Menata boneka di atas lemari, pipis dan cebok sendiri (meskipun kadang masih suka ngacar dimana2, mungkin ini karena reaksi udara terlalu dingin jadi keseringan pipis), ketika mau BAB, tanpa berkata apapun -seperti Reka yang biasanya ribut dulu- langsung melepas celana dan langsung lari nongkrong di atas WC, kadang juga cebok sendiri. tapi seringkali karena aku nggak sreg, aku ceboki lagi, meskipun kadang cuma sekedar pipis.
Melihat dia anaknya yang suka cuek gitu, aku merasa ini perkembangan yang hebat buatku, meskipun mungkin anak seusia dia ini sudah biasa.
Akhir2 ini aku kadang melatih Reka untuk mengambilkan baju dan celana Hikam dan untuk dipakaikan, tapi kata dia susah, karena Hikam masih suka lari dan banyak tingkah. Kadang juga Hikam sendiri nggak mau dipakaikan baju sama Mbaknya.
Sementara hampir 2minggu ini kami tidak pergi ke tempat Mbah. aku pikir, ambil waktu jeda sebentar, agar pengaruh buruk yang mulai menempel pada reka pada pergaulan di desa sedikit hilang. Dan Hikam, cukup batas aman, karena dia sudah mulai pandai berinteraksi.
Kemarin waktu ke tempat Mbah buyut, wajahku serasa ditekuk lagi melihat reaksinya yang cuek bebek waktu ditanya sama Bu Lik (dari Jombang) kebetulan kemarin (karena Bu Lik dan Pak Lik dari Surabaya baru datang dari Haji) jadi ngumpul semua anak2nya Mbah buyut.
Dia loncat kesana kemari, asyik ngoceh sendiri dalam bahasa planet, kadang juga seperti nyanyian dengan gerakan seperti main drama (dengan gerakan mata dan tangan lirik kesana kemari) yang biasa dia lakukan sejak 2,5th (sepertinya). Nggak tahu, sebenarnya apa yang sedang dia lakukan, dia sering seperti main panthomim sendiri dengan ngoceh bahasa yang kadang tidak aku ngerti. kalo lmungkin dia sudah bisa ngomong aku bilang, mungkin crewet banget. Seperti Mbaknya waktu ini yang suka tanya ini dan itu, protes dan lain sebagainya.
Akhir2 ini kakaknya masih suka nggambar, tapi gambarnya juga sering unik. Misal gambar rumah, yang diatas gentengnya ada mainan jungkat-jungkit dan trowongan Ban bekas serta gawangan yang biasa buat gelantungan.
Minggu kemarin kita sempat dari UMS untuk cari Informasi tentang Club Wall Climbing untuk anak2, karena dia suka heboh kalo suka bicara itu. Di sepanjang perjalanan dia tanya tentang posisi awan yang menggelantung terlalu gelap di atasnya. Waktu aku jelaskan, bahwa awan itu berupa titik2 air, dia tanya "Airnya banyak, ummi?"
Entah apa yang kami bicarakan lagi karena terlalu asyik memperhatikan awan gelap di atas kami.
Begitu sampai di UMS, melihat papan Climbing di pendopo dia langsung teriak "Moh ummi, nggak enak di sana aja, yang dulu itu" (aku tahu, dia merujuk Wall Climbing di sebuah Resto deket daerah Grojogan Sewu, karena di situ banyak anak2nya)
O ya, bicara soal Wall Climbing, dia sempat aku ajak main, ya di Resto itu. Awalnya dia mrenegk, karena sejak pagi emang posisi belum makan. Kebiasaan kami, "Makan di sana" tapi, terlalu jauh, jadi akhirnya sampai kesiangan tiba di tempatnya.
Begitu dia naik, agak gemeteran mungkin karena selain belum makan, dia mungkin juga belum terbiasa, begitu sampai di atas dia mulai merengek, dan langsung ditarik sama instrukturnya turun. hahaha... tapi habis itu, dia masih terus perhatikan anak-anak, sepertinya usia SMP nan pada naik. Kita tinggal kesana kemari pesan sarapan dan ayahnya nunggu Hikam yang minta naik jembatan gantung tapi Reka tak canggung sedikitpun. Bahkan akhirnya dia dapat teman anak Sd kelas satu/dua kayanknya lalu dapat teman seorang anak Chines sepertinya.
Emang di setiap kesempatan dia selalu begitu. Menyambangi anak2 seusianya, meskipun itu laki-laki. enggak di Mall, enggak di Kantor, enggak di arena permainan, dia sering dapat teman. Tapi kadang ada juga yang agak enggan diajak main.
Dan kami, hanya perhatikan dia dari jauh. Itu sudah biasa. Dan itulah Reka.
Kalo biasanya anak HS dibilang anak kuper yang ngggak bisa gaul, kalo menurutku justru anak sekolah lah yang suka pilih2 teman, hingga sering enggan untuk menyapa orang yang belum dikenalinya. ya, aku bilang meskipun Reka di atas rata-rata kalo soal ini.
Tapi ada yang unik. Dia mulai suka merapikan mainannya sendiri meskipun kalo aku yang merapikan, dia akan marah dan ngobrak-abriknya lagi. Sperti angka2 kecil yang terbuat dari kayu, dia marah kalo aku yang nata, dia rebut di jejer ulang dan dimasukkannya lagi.
Semalem kata ayahnya, Hikam nglepas colokan netbook yang masih tertancap, lalu menutup netbooknya dan memasukkannya dalam wadah dan tunjuk2 ke atas pada ayahnya minta diletakkan di atas lemari. hehehe...
Dan akhir2 ni yang paling lucu adalah ketika habis mainan komputer. Dia selalu matikan dengan cara shut down pada layar lalu melepas colokan kabel komputer. Agak riskan emang, tapi itulah dia. Semakin dia di larang semakin marah dan kadang menentang.
Menata boneka di atas lemari, pipis dan cebok sendiri (meskipun kadang masih suka ngacar dimana2, mungkin ini karena reaksi udara terlalu dingin jadi keseringan pipis), ketika mau BAB, tanpa berkata apapun -seperti Reka yang biasanya ribut dulu- langsung melepas celana dan langsung lari nongkrong di atas WC, kadang juga cebok sendiri. tapi seringkali karena aku nggak sreg, aku ceboki lagi, meskipun kadang cuma sekedar pipis.
Melihat dia anaknya yang suka cuek gitu, aku merasa ini perkembangan yang hebat buatku, meskipun mungkin anak seusia dia ini sudah biasa.
Akhir2 ini aku kadang melatih Reka untuk mengambilkan baju dan celana Hikam dan untuk dipakaikan, tapi kata dia susah, karena Hikam masih suka lari dan banyak tingkah. Kadang juga Hikam sendiri nggak mau dipakaikan baju sama Mbaknya.
Sementara hampir 2minggu ini kami tidak pergi ke tempat Mbah. aku pikir, ambil waktu jeda sebentar, agar pengaruh buruk yang mulai menempel pada reka pada pergaulan di desa sedikit hilang. Dan Hikam, cukup batas aman, karena dia sudah mulai pandai berinteraksi.
Kemarin waktu ke tempat Mbah buyut, wajahku serasa ditekuk lagi melihat reaksinya yang cuek bebek waktu ditanya sama Bu Lik (dari Jombang) kebetulan kemarin (karena Bu Lik dan Pak Lik dari Surabaya baru datang dari Haji) jadi ngumpul semua anak2nya Mbah buyut.
Dia loncat kesana kemari, asyik ngoceh sendiri dalam bahasa planet, kadang juga seperti nyanyian dengan gerakan seperti main drama (dengan gerakan mata dan tangan lirik kesana kemari) yang biasa dia lakukan sejak 2,5th (sepertinya). Nggak tahu, sebenarnya apa yang sedang dia lakukan, dia sering seperti main panthomim sendiri dengan ngoceh bahasa yang kadang tidak aku ngerti. kalo lmungkin dia sudah bisa ngomong aku bilang, mungkin crewet banget. Seperti Mbaknya waktu ini yang suka tanya ini dan itu, protes dan lain sebagainya.
Akhir2 ini kakaknya masih suka nggambar, tapi gambarnya juga sering unik. Misal gambar rumah, yang diatas gentengnya ada mainan jungkat-jungkit dan trowongan Ban bekas serta gawangan yang biasa buat gelantungan.
Minggu kemarin kita sempat dari UMS untuk cari Informasi tentang Club Wall Climbing untuk anak2, karena dia suka heboh kalo suka bicara itu. Di sepanjang perjalanan dia tanya tentang posisi awan yang menggelantung terlalu gelap di atasnya. Waktu aku jelaskan, bahwa awan itu berupa titik2 air, dia tanya "Airnya banyak, ummi?"
Entah apa yang kami bicarakan lagi karena terlalu asyik memperhatikan awan gelap di atas kami.
Begitu sampai di UMS, melihat papan Climbing di pendopo dia langsung teriak "Moh ummi, nggak enak di sana aja, yang dulu itu" (aku tahu, dia merujuk Wall Climbing di sebuah Resto deket daerah Grojogan Sewu, karena di situ banyak anak2nya)
O ya, bicara soal Wall Climbing, dia sempat aku ajak main, ya di Resto itu. Awalnya dia mrenegk, karena sejak pagi emang posisi belum makan. Kebiasaan kami, "Makan di sana" tapi, terlalu jauh, jadi akhirnya sampai kesiangan tiba di tempatnya.
Begitu dia naik, agak gemeteran mungkin karena selain belum makan, dia mungkin juga belum terbiasa, begitu sampai di atas dia mulai merengek, dan langsung ditarik sama instrukturnya turun. hahaha... tapi habis itu, dia masih terus perhatikan anak-anak, sepertinya usia SMP nan pada naik. Kita tinggal kesana kemari pesan sarapan dan ayahnya nunggu Hikam yang minta naik jembatan gantung tapi Reka tak canggung sedikitpun. Bahkan akhirnya dia dapat teman anak Sd kelas satu/dua kayanknya lalu dapat teman seorang anak Chines sepertinya.
Emang di setiap kesempatan dia selalu begitu. Menyambangi anak2 seusianya, meskipun itu laki-laki. enggak di Mall, enggak di Kantor, enggak di arena permainan, dia sering dapat teman. Tapi kadang ada juga yang agak enggan diajak main.
Dan kami, hanya perhatikan dia dari jauh. Itu sudah biasa. Dan itulah Reka.
Kalo biasanya anak HS dibilang anak kuper yang ngggak bisa gaul, kalo menurutku justru anak sekolah lah yang suka pilih2 teman, hingga sering enggan untuk menyapa orang yang belum dikenalinya. ya, aku bilang meskipun Reka di atas rata-rata kalo soal ini.
No comments:
Post a Comment