Juni 2014 Adalah awal pertama kalinya ia masuk ke dalam klub Panjat dinding Sragen yang langsung di bawah naungan KONI Sragen. Jadi nggak heran kalau bebas biaya apapun.
Waktu itu badannya yang kurus dan kecil sempat disangsikan pelatihnya.
"Nopo saget mbak?" tanya pelatihnya waktu awal-awal kenalan dengan pelatihnya yang kebetulan ada istrinya di situ. Jadi lebih enjoy.
Agak ragu juga waktu ditanya seperti itu. Apalagi begitu melihat teman-temannya minimal anak SD. Tapi berbekal kemauannya, pd aja waktu itu. Meskipun keluhan dari pelatih sering disampaikan. Karena melatih Reka itu bukan perkara yang mudah.
Mesti ada bergaining, tanya ini itu dan lain sebagainya seperti kebiasaan di rumah saat mau melakukan apapun.
Tapi untungnya, anaknya si pelatih itu juga semacam reka.
Jadi kalau pun ngeluhkan eyelannya Reka itu dia tahu cara mengatasinya.
"Sebenarnya tenaganya itu kuat, mbak. Tapi ya itu... suka ngeyel"
Jadi untuk mengkatrol semangatnya, sama istri pelatihnya itu agak ditarik waktu naik ke wall setinggi itu.
Awalnya kami agak pesimis karena melihat karakter Reka yang begini. Tapi lambat laun dengan kesabaran dan keterbukaan pelatih dan senior-seniornya Reka bisa meneruskan di klub ini.
Hingga di usianya 6,5tahun ia diikut sertakan PorProv Jateng. Waktu itu yang sekelas dengannya berjumlah 12 orang dan syukur alhamdulillah dia di urutan 6. Nggak buruk-buruk amatlah... hahaha...
Aku pikir, yah... hitung-hitung melatih kemandiriannya lah. Karena harus masuk karantina selama tiga hari di GOR Jatidiri Semarang.
Dan juga point bagi dia untuk ke depannya ketika hendak masuk ke Perguruan Tinggi.
Inilah yang memacu semangatku dalam ber HS. Bisa bebas mengikuti kegiatan apapun.
No comments:
Post a Comment