Kami datang untukMu
Seperti Kau memanggilku dari tanah Baitullah
Aku datang dan akan selalu datang kepadamu,
Karena engaku adalah sandaranku
Tangisku yang telah lama tumpah,
Bersama heningnya keadilan yang kuterima, kecuali dariNya
Bukan,
Bukan untuk ber ha ha hi hi...
Tapi ini adalah tanda sujudku dalam pelukmu
Tanah, Batu, Angin, Daun dan Awan
Kawan tangisku yang telah lama ku tahan
Di saat kaki harus tegap berdiri
Di saat mulut harus terkunci
Dan di saat nafas harus terhenti
Aku harus menahan
Hingga saatnya aku datang dalam pelukmu
Rimba...
Aku datang bukan untuk menakhlukkanmu
Tapi hati yang perlu ku taklukkan
Seperti engkau menaklukkan jagad raya
Kami dan Hutan,
Yah! itulah yang terbetik dalam benak pikiran kami saat mengarungi kehidupan ini.
Kami memang bukan orang perhutani ataupun bidang yang berkaitan dengan papun yang mengenai Hutan.
Tapi kami dipertemukan karena ternyata kami sama-sama memiliki kecintaan yang sama, yakni alam terbuka.
Bagiku Hutan dan Gunung mirip dengan pangkuan seorang ibu yang menghangatkan.
Di sela-sela kesibukan kami sebagai keluarga Homeschooler dengan aktivitas yang menjemukan dan melelahkan di awal-awal saat anak masih kecil-kecil. Tak ada tempat pengaduan yang pas kecuali kami pergi ke sana dan mencari kesenyapan dan mendengarkan suara hati.
Tak jarang saya sering menangis sepanjang perjalanan pendakian, sekedar melepas beban berat hidup sebagai orang tua dengan membawa memori yang bertumpuk-tumpuk sulit diilustrasikan dengan apapun.
Dan rasanya, aku harus selalu datang sekedar menakhlukkan hati
Bukan untuk menak
No comments:
Post a Comment