Wednesday, December 1, 2021

Giftedness (Cara Tuhan mengirinkan Hamba terbaiknya)

Judulnya terkesan arogan.

Tapi begitulah kira-kira yang bisa saya gambarkan bagaimana anak-anak Gifted ini tumbuh dan hidup.

Mereka dengan perangkat yang spesial dari Tuhan, diberi kelebihan khusus untuk memurnikan ajaran Illahiyah yang suci.

Hanya saja, seberapa berhasil anak ini survive dalam kehidupan yang sudah bercampur baur antara kebaikan dan keburukan, lingkungan dan kemampuan dalam diri merekalah yang bakal menentukan.

Kadang saat berpikir bagaimana orang-orang Gifted ini hidup, yang kebetulan punya nasib lingkungan kurang aware dengan kondisi si anak saat dewasa pun tambah besar juga masalahnya. Meskipun ada beberapa di titik kulminasi, mereka bakal slow down seperti memiliki kesadaran penuh dari dalam dirinya sendiri. Secara penuh. Yang mana kesadarannya ini melebihi dari orang-orang pada umumnya.

Tapi yang pasti.
Anak Gifted itu bagaikan Alien yang datang dari planet yang jauh, yang memiliki pola pikir berbeda, tingkah laku berbeda dan juga pola yang berbeda.

Saat kita tanya, Mengapa dia bersikap demikian, jawabannya pun pasti membuat kita terkaget-kaget. Di luar jangkauan pemikiran anak-anak pada umumnya, se usianya.

Makanya ketika lingkungan tidak mendukung untuk, minimal "Paham" dengan mereka, akan buanyak sekali benturan-benturan yang tiada habisnya. Lalu akan melabeli macam2.
Karena kaca mata kita (orang biasa) beda, dengan kaca mata dia.
Inilah yang lalu menimbulkan masalah di kemudian hari dengan orang-orang sekitar. Dari lingkungan sekolah, rumah, hingga tempat2 publik.

Yang kemudian saat mereka dewasa memiliki masalah luka batin di masa anak-anak yang belum terselesaikan. Yang sebenarnya itu munculnya atas reaksi dari dirinya sendiri.

Kadang, mereka jadi memiliki semacam dendam, sakit hati dan lain sebagainya yang dilampiaskan ke dalam wujud yang bermacam-macam. Dari hal positif, hingga yang paling buruk dan serem.

Lalu ketika mereka jadi orang tua yang auto bawa gen Gifted pun akan bakal banyak benturan dengan banyak orang. Dari suami, ipar, mertua hingga orang-orang di sekelilingnya.

Apalagi jika ini terjadi saat kehamilan. Si bayi pun merekam peristiwa di luar dengan reaksi si ibu.
Lahirlah anak2 dengan temperamen macam-macam, yang kelak saat mereka lahir dan menjadi anak-anak pun juga 2x bahkan 10x bermasalah tergantung bagaimana si ibu mensikapi. Makanya menurutku, penting bagi mereka diajarkan pemahaman spiritual.
Bukan dogma agama yang melulu pada syariat (dalam islam) kewajiban dan lain sebagainya. Melainkan lebih dari pendalaman.
Mengapa Allah ciptakan kita yang seperti ini, mengapa Allah harus hadapkan kita pada orang2 seperti ini dan itu.

Dan satu-satunya untuk memutus mata rantai emosi negatif itu adalah dengan penyadaran diri si ibu, tentu dengan dukungan orang2 di sekitarnya, termasuk swami dan anak kelak jika memang anak sudah mulai bisa diajak berinteraksi.

Karena masalahnya tidak hanya sebatas kemampuan kognitif dan perilakunya saja.

Mereka ini.. butuh orang yang mau menerima dirinya. Meskipun menerima, bukan berarti membiarkan perilakunya yang buruk. Tidak.
Tidak ada kata Excuse dengan perilaku buruk apapun dan dimanapun.

Kadang mereka bilang
"Aku yang disakiti, mengapa harus aku yang memaafkan??"
Iya.
Tapi memaafkan, bukan berarti menerima begitu saja perilaku buruk mereka di masa lalu kita.
Memaafkan adalah untuk kesehatan diri kita.
Memaafkan juga berarti memahami konteksnya. Konteks apa yang sedang terjadi saat itu.
Kita bagaimana, dia bagaimana.
Kalau nggak ingat, sadari saja. Hadirkan orang itu dalam sudut letih kita.

Karena konsep Tebar Tuai masih berlaku untuk alam kita, ayatnya lupa😂.
Jadi, saat kita disakiti orang lain, satu saat orang itu akan menuai. Entah hari ini, tahun besok atau 10th mendatang. Tanpa kita campur tangan.
Jadi balik PRnya adalah memaafkannya, dan menyadari diri kita sepenuhnya dengan kelebihan dan kekurangan masing2.

Ketika kita sudah tahu bagaimana karakter Gifted, kita pun jadi lebih sadar "Ternyata perilaku kita memang menyebalkan bagi dia.."
Lalu saat anak-anak kita berperilaku yang jungkir balik, disadari saja. Memaafkan dan minta maaf pada orang tua kita atau orang2 di sekitar kita yang sudah membuatnya kesal mereka di masa lalu.
Dan itu PR sepanjang usia, memaafkan..karena memaafkan seperti layaknya mencabuti rumput, harus sampai ke akar2nya. Jika kita potong di permukaan satu saat akan tumbuh lagi, membuat sakit hati lagi, anak kita tidak stabil lagi..

#Reminder4Me
#PeduliGiftedIndonesia
#MaulanaHomeschoolers

No comments:

Perkembangan Amira 2-3tahun

Ledakan perolehan kosa kata terjadi dalam waktu satu tahun belakangan pasca kecelakaan di tahun 2021 Maret 28. Yang sebenarnya d...