Aku hanya ingin cerita bagaimana sulitnya seorang "aku" menjalani Hidup.
Sebenarnya ini bukan ajang curhat, atau keluh kesah. Lebih dari itu saya ingin menyampaikan pada seluruh orang tua di dunia untuk sedikit memahami bagaimana rasanya dihujat dan di caci maki, apalagi di depan orang lain. Yang akhirnya berdampak bukan hanya pada diri si anak itu sendiri, melainkan orang-orang di sekelilingnya SEPANJANG HIDUPnya.
Mengapa sepanjang hidup??
Ini aku alami hingga detik ini, bagaimana sulitnya menghadapi diri saya sendiri yang memiliki cara pandang berbeda dari keumuman orang. Bagaimana saya bisa hidup di masa sekarang, yang lalu dan masa depan dalam satu waktu.
Dalam berkeluarga pun demikian. Aku sering bilang dan mewanti-wanti pada suami akan suatu hal yang filling saya itu akan terjadi. Tapi terkadang suami justru tak menghiraukan kata-kata itu, yang ujungnya banyak hal yang terjadi dan membuatnya menyesal. Begitu juga untuk memprediksikan dari masa yang akan datang, saya sering belajar dari masa lampau. Seperti penanganan duo anakku yang punya kemampuan luar biasa, tapi menurutku itu biasa-biasa saja, dan terkesan anakku ini agak terlambat.
Mungkin beberapa orang juga pernah mengalami hal yang sama, yakni merasa akan ada sesuatu yang terjadi. Dari pelajaran yang saya pelajari, ini adalah semacam resonani pikiran kita yang seakan membawa kita pada kenyataan. Awalnya pun suami bilang seperti itu. Tapi pada kenyataannya, isyarat itu justru lewat mimpi, ataupun firasat.
Seperti kenyataan yang terjadi ketika aku selesai kuliah.
Jauh sebelum saya wisuda S1, dalam diriku kuat bilang. Selesai kuliah, kamu harus hengkang dari rumah orang tuamu. Karena bakal ada kejadian yang mungkin tidak disangka-sangka yang membuatmu harus keluar dari rumah. Waktu itu, memang di rumah suasana selalu panas. Perseteruan antara anak dari ibu pertama (yang sudah meninggal sebelum bapak nikah lagi) dengan ibu kedua, yakni ibuku.
Bagaimanapun pedihnya mendengar hujatan orang tua dan kakak, tapi aku nggak peduli. Bahkan aku sudah bingung mau cari beasiswa untuk S2.
Tapi kenyataannya, kondisi di luar makin mencekikku, dan aku merasa hidup ini begitu melelahkan untuk bertarung sendirian. Dan Allah pun akhirnya mempertemukan dengan seorang lelaki yang penyayang dan sabar.
Itulah awal pertama kali aku bisa bersandar pada orang lain sepanjang hidup. Tak lagi mempertaruhkan segalanya demi untuk hidup.
Baik, Buruknya sebuah Peradaban bermula dari sebuah Kehangatan keluarga. Dan Rumah adalah tempat kita berteduh, belajar meramu dan merangkai semua mimpi bersama orang-orang yang kita cintai dan sayangi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Perkembangan Amira 2-3tahun
Ledakan perolehan kosa kata terjadi dalam waktu satu tahun belakangan pasca kecelakaan di tahun 2021 Maret 28. Yang sebenarnya d...
-
Dalam Al Quran banyak dijumpai konsep kata. Ada qaulan ma'rufa , qaulan karima , qaulan sadida , qaulan tsaqila , qaulan baligha ,...
-
Sering orang mempertanyakan soal sosialisasi anak-anak Homeschooling ketika pertanyaan mereka tentang jalur pendidikan anak-anak Homeschool...
-
Sebagai orang tua dari Homeschooler, kami sebagai orang tua tak henti-hentinya kami terus ingin menambah ilmu dan pengetahuan. Dariman...
No comments:
Post a Comment