Tuesday, April 12, 2016

Beda niat Beda pula nikmat. Inilah yang kami namakan dengan "Sekolah Kehidupan" (Begitulah cara kami menikmati & mensyukuri Hidup)



Beda niat Beda pula nikmat. Inilah yang kami namakan dengan "Sekolah Kehidupan"
(Begitulah cara kami menikmati & mensyukuri Hidup)
Kalo ada orang bilang, jangan doyan jajan. Boros. habisin uang.
Makan ya di rumah... Jangan suka nglayap, habisin uang, mending ditabung, buat sekolah anak... buat jaga-jaga sewaktu-waktu kita sakit, buat naik haji dsb.
(Ya, management keuangan dalam keluarga itu memang penting. Tapi Allah sudah mengatur segalanya apa yg kita butuhkan yg sebenarnya & bukan yg kita inginkan)
Percaya atau tidak. Pernah nggak, perhatikan gejala alam.
misal di saat uang kita minim, butuh susu buat anak. Eh, ndilalah ada tamu yg datang bawa srsuatu. Ndilalah ada kerja tambahan buat income.
Ndilalah kalo uang lagi banyak, eh ternyata ada 3 orang tetangga sakit, eh ternyata ada motor yg sudah perlu di service.
Ya... kalo kita niatnya beda,
Makan di luar, niatnya bagi2 rizqi sama si pemilik warung yang punya pelayan yang harus digaji, ada si pemilik angkringan yang anak-anaknya rela ditinggal hampir tiap malam, ada si pedagang asongan yang sudah capek-capek keliling di tiap bangjo dan terminal serta spbu. #itu yg saya pelajari dari kakak laki2ku yg tawadhu' banget#
(Itu pun hanya saat keuangan longgar ya... kalo nggak ada, ya ngampet)
"Ada digunakan, nggak ada ya dicari" begitu kata swami yg selalu coba tenangkan pikiranku yg selalu pikirkan cukup dan tidak cukup soal gaji.
Dan Buanyak sekali pelajaran dari hasil suka ngelayap kami ini.
Tentang pelajaran orang-orang di jalanan yg kami lihat dan kami sapa.
*Kebetulan kami berdua sejak dulu sama2 suka nglayap
Dan Alhamdulillahnya bekas dari nglayapnya kita banyak juga pelajaran dan rizqi yg kita dapat.
"Berjalanlah di muka bumi, dan lihatlah betapa luasnya nikmat Allah" kurang lebih begitu ayat2 yang terngiang dalam benakku.
Karena kita belum bisa rutin sodaqoh, karena kita belum bisa rutin infaq, karena kita juga belum bisa rutin zakat. Untuk membersihkan rizqi sebagian dari rizqi yang diberikan pada kami, kami perlu mengeluarkan itu demi bersih2.
#Dalam rizqimu terdapat sebagian rizqi untuk orang lain# begitu kira2
Kita suka jalan-jalan...
Kemana??
Ke rumah teman 
(Karena dari sana pintu hablum minannas terjalin)
Ke tempat alam terbuka
(Karena dari sana hablum minAllah terasah)
Sesekali kalo butuuuu...h banget dengan sesuatu yang memang tidak ada di pasaran ya masuk ke Mall.
Itupun nggak lebih dari 1jam, ketika yg dibutuhkan sudah kita dapat.
Yang saya pikirkan adalah....
"Kenapa kita harus menabur garam di laut?"
Kita butuh mensupport Ekonomi Kerakyatan. Rakyat butuh kita
mensupport, agar kehidupannya terus berjalan.
Bukan coffe2 ber merk yg uangnya bakal ngalir di luar negeri.
Kalo kita butuh sarapan, segera keluar dari mall hingga dapati WM yg pas di kantong & hati.
Mereka butuh kita (untuk kita beli) & kita juga butuh mereka (dg apa yg ditawarkan pada kami, tentu saja dg ke halalan yg 90-100% yg kami yakin)
Bazar-Bazar rakyat semacam car free day, di sana juga banyak pedagang kecil yang menawarkan aneka barang yang sering kita butuhkan. Di sana kita bisa berbagi rezki dengan mereka yang tak lain adalah bagian dari masyarakat indonesia.
Kadang juga suka telpon,
Sekedar dengar cerita kawan, kadang juga kita yang cerita, nggak jarang juga kami menimba ilmu darinya.
Kalo dibilang agak boros... ya tergantung. Kadang nominal uang untuk telp tidak sebanding lurus dari apa yg kita dapat.
Bahkan angka Rp.5000 itu tidak bermakna apapun dibanding apa yg kita dapat dari telphon seseorang.
Bukannya pertemanan itu juga bagian dari rizqi??
Bukankah katanya pintu2 rizqi itu terbuka dari banyak cara halal?
Termasuk dengan berteman.
"Oh, aq punya ini ni, mau nggak jualkan di situ?"
"Oh, ini ni... ada lowongan kerja di situ, coba dulu aja"
Dan dengan tertawa juga berbagi cerita adalah cara membuat kita hidup sehat.
Jadi, daripada buat beli obat. Telpon lah kawanmu 
😊
Apalagi di jaman digital begini, individualis seseorang makin bertambah. Mereka tambah sibuk dg layar2 tipis.
Kalo misal ada orang yang kita temui hawanya ajak tengkar melulu, atau nggak enak..., ya sudah... kita tinggal.
Hidup ini cuman mampir ngombe, kenapa juga memaksa orang untuk senang dg kita.
*longgarkan pikiran dan hati kami ya Allah,
Agar senantiasa bisa menjalani sejengkal langkah hidup, dan kembali dengan bekal cukup & husnul khotimah*

No comments:

Perkembangan Amira 2-3tahun

Ledakan perolehan kosa kata terjadi dalam waktu satu tahun belakangan pasca kecelakaan di tahun 2021 Maret 28. Yang sebenarnya d...