Tuesday, April 12, 2016

Makna Seni dan Lomba

Pernah ada seseorang yang berpesan kepadaku,
"Biarlah dia menikmati cara bermain wayang dengan sendirinya mbak,"
Seperti anakku yang dipesan oleh sesorang "Biarkan dia melukis dengan nilai otentisitas dia sendiri. Kalau kamu masukkan ke sanggar lukis. Lukisan itu akan jadi sama seperti yang lainnyan, dan itu akan kehilangan nilai seninya"

Masalah itu benar dan tidaknya. Mari kita ulas di sini,

Misalkan saat anak menggambar.
Biarkan saja dia menggambar, apa yang ingin ia gambar. Kalau mereka diberikan cara bagaimana menggambar masjid misalnya. Bahwa bentuk masjid itu harus ada menaranya, harus ada halamannya yang luas dsb. Ketika anak-anak diberi contoh seperti itu, dia akan menggambar sama seperti apa yang dicontohkan, minimal.
Sementara sisi lain dari keunikan gambar, apalagi anak-anak yang masih sangat baru mengenal semuanya akan terpaku, bahwa yang namanya masjid itu adalah seperti gambar yang dicontohkan gurunya di depan. Dan ketika berbeda, itu bukan Masjid namanya.

# ya, memang. Seni itu bukan seperti ilmu Exact, yang harus pasti dalam melakukan sesuatu #

Exact memiliki dunia sendiri, dan Seni itu juga memiliki dunia sendiri. Meskipun pada akhirnya dia bisa berjalan bersama. Seperti saat seseorang membangun sebuah rumah.
Sang designer dengan cantiknya bisa membuat tiap sudut sebuah rumah itu menjadi unik dan khas. Tapi sang Arsitek harus bisa membuat rumah itu tetap bisa dihuni agar semuanya bisa tetap nyaman dihuni, dalam artian tahan guncangan, getaran dan lain sebagainya.

No comments:

perjalananku ke sangiran

Aku punya teman di piwulang becik, namanya hana sama syafa. Hana punya adik namanya Hanif, dia anaknya usil. Kenapa usil? soalnya waktu aku ...