ketika
Kesadaran Bisnis
<tidak diimbangi dg>
Kesadaran Lingkungan
Pekalongan,
Panas, Pengap, Kotor, tata kota yg Semrawut, acuh dengan lingkungan.
Tapi Alhamdulillahnya jarang terjadi chaos.
Yah... silahkan saja jika ada yg risih dengan kata2ku ini. Tapi itulah gambaranku yg selalu terbayang ketika kakiku menjejakkan ke kota kelahiran yg penuh dengan kenangan itu.
Orang bilang; "Kamu asli orang pekalongan tapi nggak bisa dagang itu wagu"😄
Itu lebih baik bagiku.
Karena yg ku butuhkan itu bukan pundi2 uang, melainkan hidup nyaman. Cukup.
Kata "Nyaman" itu bukan berarti aku punya uang, lalu bisa beli rumah besar dg lantai licin nan mengkilap, lalu ber AC, punya taman.
Tapi di sekitarku ada got besar dengan warna airnya coklat kemerahan, udara pengap karena minim pepohonan penghasil 02 dan penyerap CO2, lalu jalan bergelombang dan berlubang becek karena truck melebihi muatan yg selalu berlalu lalang menghamburkan debu2 jalanan.
Kata "Nyaman" itu ketika masyarakat di sekitarku sadar betul arti penting pohon2 besar, pentingnya menyisakan lahan sebagai pintu masuk air hujan, tidak membuang sampah ke sembarang tempat karena bakal terbawa arus air saat hujan lalu air sungai bermuara ke laut dan menjadikan pendangkalan dasar laut yg menyebabkan meluapnya air laut di saat hujan, mengurangi penggunaan listrik yg meninggalkan jejak2 karbon dan kerusakan alam dari pengeboran batu bara, energi uap dsb yg mengorbankan puluhan hektar lahan hijau dan merusak tatanan masyarakat di sekitarnya.
Ciehhh.... jauh amit!😃
To the point aja lah dg judul tulisan di atas.
Masyarakat Pekalongan itu paling pintar berbisnis. Tapi jika tidak didasari dengan kesadaran lingkungan yg kuat.
Katakan Selamat Tinggal dengan
"Hidup Nyaman" untuk 5-10tahun mendatang.
Kenapa????
Udara Pengap karena jejak Karbon kendaraan yg terus berjajar mirip area parkir truck dan trailer sepanjang Pantura karena jalan lintas utama jabar dan jatim.
Dan.... lihat!!! Perhatikan!!!
Toko-toko di pinggir badan jalan banyak tutup bahkan gulung tikar karena susah untuk sekedar parkir apalagi menyebrang para customers.
Andai..... saja!!! itu tanah dihibahkan pemerintah dan dijadikan lahan hijau yg hanya boleh ditanami pohon besar, cukup mengurangi pengapnya udara.
Itu barubsatu masalh terselesaikan.
Padahal, tumpukan sampah yg menjadikan pendangkalan sungai2 di pekalongan itu cukup parah. Kenapa sy bisa berasumsi begitu??? Hampir sungai2 besar, airnya tidak lagi mengalir seperti dulu.
Jadi!! Kemungkinan ada tumpukan sampah di muara2 sungai ke laut. Andaikan itu sungai dikeruk dan bibir2 pantai dikeruk. Butuh berapa triliun duit???
Itu yang kedua,
Ketiga!!
Tata kota yang semrawut makin akut.
Cobalah lihat! Mana ada taman2 kota di pekalongan kota yang bisa buat bernafas segar?? Kabupaten pun!
Perumahan gang-gang sempit mungkin bisa diatasi dengan sedikit polesan tata rumah sehat ala2 di jepang dengan kebersihan got yg saat ini kebanyakan berwarna hitam pekat, bau dan penuh sampah.
Nahh!!! Ini pekerjaan siapa kalau bukan kesadaran masyarakat??
Jangan bilang kalau itu tanggung jawab pemerintah.
Nggak kurang2 pemerintah ngasih fasilitas. Seperti contoh kecil ada warga yang nolak ngasih retribusi sampah yg seharga 1mangkok bakso per bulan.
Dan melempar sampah ataupun puntung rokok ke jalan seolah tak punya rasa beban. Ya lagi2 karena Sadar akan Bisnis. Tapi tidak sadar akan lingkungan.
Yahhh.... silahkan marah dengan tulisan ini
Namun nikmatilah ketidaknyamanan hidup di kota ini 5-10tahun mendatang jika ini terus menerus kita biarkan