Tuesday, May 3, 2016

STRUKTUR KALIMAT yg ACAK ADUL


"Umme, apa itu.... bagong rusak cepet api"
(Ini sewaktu aku baru masak air, dan dia ingin tanya "itu masak apa ummi?" Tapi sekaligus dia mau minta tolong diperbaiki wayangnya)
"Umme, kemapa si ghriskie (rizki) huu... *menunjukkan kalo sakit lututnya* ee.... disana ee... sungai la'i (lari) jatuh"
(Ini dikatakan sewaktu dia baru main dengan anak seusianya, yg kata reka anak itu jatuh di sungai dan lututnya berdarah)
Beda lagi kalo mau minta ke kantor ayahnya, karena biasanya di sana dia bebas nonton wayang.
"Sana! Indonesia ayo cepet! Kunci motoghr"
😄 sampai saat ini nggak tahu, kenapa kok dia sebut area komplek perkantoran pemerintah itu dengan "Indonesia"
Fillingku bilang, karena di sana sering dipasangi bendera merah putih. Dan di film Denias, bahwa yang disebut2 Indonesia dengan menunjukkan bendera merah putih.
Awalnya kalo ku ajak pergi jalan2 naik motor, dia selalu ngontrol laju sepeda motorku untuk mengarah ke Barat. Kita berdua (aku dan reka) cuman ngekek-ngekek dengar Hikam minta ke Indonesia ini. Dan kita tetap nggak ngeh, apa yg dimaksud "Indonesia" di sini. Meskipun filling saya paham apa yang dia maksud.
Di tahap ini kekhawatiran dan kesedihanku kembali muncul. Karena struktur kalimatnya, terutama lebih dari 3 kosa kata, acak adul nggak karu-karuan.
Jadi misal dia mau tanya, "Kenapa kok burungnya terbang"
Ngomongnya bisa "kemapa si, buwrwung langit... e... cepat tinggi langit"
Jadi kadang kita tertawa cekikian dengar dia ngomong dengan struktur kalimat yg acak adul nggak karuan. Kata-kata yg saya sebutkan itu cuman permisalan saja ya... karena kenyataannya bisa parah banget. Karena kata2 itu sama sekali nggak nyaut dengan tema yg mau dikatakan.
Kalo saya nggak nangkep maksudnya, -karena kasusnya sering kosa kata itu nggak berhubungan sama sekali dengn tema- bisa tantrum dia.
Pinginnya ngomong terus, bahkan bisa dibilang. Dia crewet banget sekarang. Tapi aku nangkap crewetnya ini punya alasan karena dia masih asyik dengan kata2 di banding sebelumnya.
Sering juga kalo kita pergi ke tempat2 umum, seperti warung makan/kolam renang ada orang tua yg ngajak anak kecil. Dia panggil2 terus. Nggak peduli, bapaknya ini cuek ditinggal pergi.
Kalo dari pengamatanku yg dulu ketemu Bule itu si sebenarnya karena kalimatnya ini yg acak adul dan belum bisa jawab pertanyaan agak rumit.
"Bapak.... bapak...!! Sini bapak....!!"
"Om.... om... sini om....!!!"
Nah, kasus nya kalo aku sendirian yg ngajak keluar. Bisa serasa ditampar mukaku kalo dia panggil2 begitu.
Seperti misal saat di kolam renang.
"Bapak... bapak...!! Sini bapak....ayo main"
Begitu orang itu cuek, kelihatannya agak risih dengan panģilannya *sepertinya juga nggak enak juga sama istrinya, krn mereka tahu itu anakku*
Dia ganti panggil2
"Om... om... sini om... adek... adek... ayo sini adek..."
Semoga proses parahmu ini benar2 nggak berlanjut le... "banyak mikirnya kalo mbok ajak ngomong ðŸ˜‚"
Beda lagi dengan kalimat pertanyaan yg diajukan. Misal dia ditanya;
"Hikam sudah maem belum?"
dia cuman me report aja "Hikam maem belum"
"Hikam mau pergi kemana?"
"Hikam mau pergi kemana"
Hampir semua kalimat tanya, hanya akan dirubah menjadi kalimat berita saja. Mbok sampe "kemeng" yg tanya akan dibalikkan begitu saja.
Tapi giliran ditanya pertanyaan semacam ini;
"Hikam mau disunat nggak?"
Dengan lantang dia jawab "Enggak!"
Ataupun diajari ngomong kalimat semacam ini sama ayahnya, dia bakalan teriak sambil hentak2 kaki.
"Ummi... Hikam.. mau dikhitan"
Tapi beda halnya dengan kalimat semacam ini;
"Ummi, hikam mau pergi ke tempat pak muji (nama guru dalangnya)"
Dia akan menirukan begitu saja, dan nurut.
***
Meskipun begitu, tetap saja aku bersyukur. Akhirnya anak ini bisa ngomong ðŸ˜„ Bayangkan dulu, kalo minta sesuatu cuma narik-narik tangan dan bajuku. Itu masih mending ada laporan dengan bahasa tubuh. Nah?! Yang suka ngilang nya itu... belum lagi tantrumnya...
Masih mending tantrum di tempat aman. Di pinggir jalan, di tempat umum seperti pasar. Bisa di nyem-nyem sama mbok-mbok dipasar, gara2 gulung2. Dikira minta sesuatu nggak dikasih...
Beda ayah, beda ibu pola nya. Kalo saya sering hanya mengikuti kesepakatan, kalo swami cenderung ikuti kemauan si anak.
Jadi, ketemulah maksud kata2 yang dia ucapkan kala Tantrum itu apa.
Sering pula kalo kita masuk kota Solo, apalagi lewat jalan Slamet Riyadi. Pasti yang dia tuju arah ke alun2. "Harus" Kalo enggak, kadang tu ada mobil oleng di tengah jalan gara2 dia narik2 setiran.
Beda lagi kalo mau lewat Ring Road Karanganyar arah ke Mojosongo. Dia pasti mantengi itu pemandangan di depan. Belok dikit, nggak sesuai arah yang dia maksud yakni Sanggar Pedalangan nya. Bisa bakal berabe tu kondisi di dalam. Dari yg sekedar hentakan kaki, sampe nendang dan mukul2 tantrum luar biasa nggak karuan.
Kalo sudah begitu, pintu dan jendela harus selalu terkontrol. Khawatir dia buka pintu di tengah jalanan yg penuh truk dan trailer buesar, belum lagi bis Sumber Rahayu dan Eka, Mira nya yg selalu kebut2an.
Jadi terkadang, kami sengaja menghindari jalanan itu.
Tapi seringnya kami lupa, dan terlalu jauh untuk lewat jalan alternatif yang banyak bergelombangnya.
O ya, soal bicaranya ini kadang suka cang cing cung b.inggris, yg tentu dengan lahjah dia.
Seperti misal waktu ayahnya ditelp neneknya pagi-pagi.
Apa jawaban Hikam?
"Mbah... sleeping, mbah"
"Opo le?"
"Slee...ping"
Beda lagi saat dia akting, ngglosor di depan atm.
"Hungrwy umme...!"
(Kalo kita benarkan "lapar" justru kadang dia teriak "hungwry!")
Dan lain lagi dengan saat dia meloncat2 minta ayahnya suruh nganggak badannya di atas bangku.
"Come hiere, ayah. Come hiere!"
Perkembangan bahasanya ini benar2 menyedihkan dan membingungkan. Sisi lain B1 nya payah. dia mempelajari B2nya tanpa guru (dalam arti, kami nggak pernah ngajari b.inggris ke dia)
Dan yang ditontonnya itu adalah pagelaran Wayang Kulit, film kartun dg dubbing b.inggris.
Sampai di detik ini sebenarnya saya bingung juga, karena film2 kartun b.indonesia itu cepet2 dialognya. Sementara pagelaran wayang kulit ini banyak kata2 kasar yang mudah direkam, selain itu dengan bahasa kawi dan sanskerta nya yang sulit. Inilah titik KO ku yang merasa "dia harus kumasukkan sekolah pedalangan"
Dia bukanlah anak yang mudah diajari,
"Tapi akan mudah jika sudah tahu celah" kata ayahnya
Karena nyatanya saat suami mandiin atau nyuapi/ kadang cuma main2 saja. Mau, omongannya dituntun. Tapi kalo setengah hati, dia bisa marah2.
Seperti halnya kosa kata b.inggris. Tak pikir, "lha kosa kata nya b. Indonesia nya saja acak adul, mana mungkin aku ngajari b. Inggris. Yang mana itu adalah titik kelemahanku dan suami"

No comments:

Perkembangan Amira 2-3tahun

Ledakan perolehan kosa kata terjadi dalam waktu satu tahun belakangan pasca kecelakaan di tahun 2021 Maret 28. Yang sebenarnya d...