Baik, Buruknya sebuah Peradaban bermula dari sebuah Kehangatan keluarga. Dan Rumah adalah tempat kita berteduh, belajar meramu dan merangkai semua mimpi bersama orang-orang yang kita cintai dan sayangi.
Friday, June 10, 2016
Festival Dalang Muda se Jawa Tengah
Dulu waktu masih umur sekitar 4th, paling anti aku ikut acara resmi begini. Karena eksplorasi dia yg tinggi, jadikan kita sering kalang kabut ngatasi gerakan dia yang cepat meraih segala sesuatunya yg ingin dia raih, atau bahkan menyenggok/menginjak segala sesuatu. Termasuk panggung beserta perangkat sound sistem.
Jadi hampir nggak pernah aku mendatangi undangan di gedung2 begitu. Bahkan sampai sekarang akhirnya nggak pernah ikut acara ibu2 di kantor swami.
Kemarin, waktu dapat undangan peresmian pembukaan Festival Dalang Muda se Jawa Tengah sempat khawatir. Makanya begitu kita masuk di area TBS Hikam yang mulai bisa diajak ngomong, sudah kami janji, "kalau Hikam ribut, ntar pulang" begitu kami ulang2 sampai mobil berhenti dan dia sudah nggak sabar keluar mau lari.
"Tunggu ayah selesai," kataku dg suara menekan khawatir cepat kabur
"Ingat lho ya... nggak boleh ribut" kataku lagi seakan ada niat mematri itu dalam pikirannya. Khawatir lost control lagi.
"Tunggu ayah selesai," kataku dg suara menekan khawatir cepat kabur
"Ingat lho ya... nggak boleh ribut" kataku lagi seakan ada niat mematri itu dalam pikirannya. Khawatir lost control lagi.
Begitu masuk, dia tunjuk2 mau duduk di belakang seperangkat gamelan di panggung.
"Ampun, mboten pareng" kataku lagi.
Dia mulai gigit2 kuku.
(Aku melihat ini reaksi penekanan diri sendiri dan keinginan yg meluap2 yg sebenarnya jika ku biarkan pasti bakal kalap. Jadi timbullah rasa cemas) Berulangkali swami turunkan jari2nya, tetap saja gigiti lagi. Begitu terus menerus.
"Ampun, mboten pareng" kataku lagi.
Dia mulai gigit2 kuku.
(Aku melihat ini reaksi penekanan diri sendiri dan keinginan yg meluap2 yg sebenarnya jika ku biarkan pasti bakal kalap. Jadi timbullah rasa cemas) Berulangkali swami turunkan jari2nya, tetap saja gigiti lagi. Begitu terus menerus.
Acara begitu berlangsung dan ia pun hanya bergeliyat-geliyut di kursinya, yg diapit bapak2 dan ibu2 dg pakaian resmi begitu. Aku bahkan nyaris nggak peduli pakai sandal gunung biar cepat bisa bergerak begitu dia kabur.
Bahkan istri gurunya Hikam, yg sudah dibilang mbah2 gitu, sempat isyaratkan suruh diam kepadaku.
😄😄 "ah... taulah, hikam ini sejak datang ke sanggar itu sering bikin ulah heboh nggak karuan" aku paham itu.
😄😄 "ah... taulah, hikam ini sejak datang ke sanggar itu sering bikin ulah heboh nggak karuan" aku paham itu.
Awalnya kita duduk tepat di belakang seorang juri yg mirip banget sama Magnes Susseno, dia bahkan acuh melihat Hikam yg paling kecil diantara deretan kursi2 itu. Yang di akhir2 acara justru menyapa Hikam (ketika kursi mulai banyak yg kosong). Entah ngomong apa, kita dari belakang cuman memperhatikan aja. Pertamanya diajak salaman, lalu entah gimana kakek juri itu ngasih sebungkus roti dlm kardusnya.
Dan.... seperti biasa, kalo nggak ada wadah sampah. Biasanya ia akan memberikan bungkus makanan itu kembali ke aku. Begitu juga saat itu, dia berikan bungkus plastik itu lagi ke kakek juri 😯😄
"Haduuu... wajah serasa mau ku tutup"
"Haduuu... wajah serasa mau ku tutup"
Dari sejak duduk sebenarnya sudah merasa nggak nyaman duduk di situ, karena banyak sekali kepulan asap rokok.
Makanya aku ajak pindah begitu melihat anak2 lain (teman sanggar) duduk di sudut seberang kursi.
Aku lihat anak2 sebaya hikam memang masih banyak tingkah, bahkan beberapa kali dia mondar mandir ke tempat ibu2nya, mereka juga ada yg berdiri di atas kursi meskipun ibunya ngingatkan berulang, hingga beberapa menit. Kurleb 20menit akhirnya mereka ngluyur keluar dari kursi2 mereka dan pada ngajak pulang.
Sementara hikam masih terlihat tenang di kursinya melihat permainan para dalang muda yg kira2 anak mahasiswa gitu.
Dan swami.... leeepppp, pules banget di sebelahnya
Makanya aku ajak pindah begitu melihat anak2 lain (teman sanggar) duduk di sudut seberang kursi.
Aku lihat anak2 sebaya hikam memang masih banyak tingkah, bahkan beberapa kali dia mondar mandir ke tempat ibu2nya, mereka juga ada yg berdiri di atas kursi meskipun ibunya ngingatkan berulang, hingga beberapa menit. Kurleb 20menit akhirnya mereka ngluyur keluar dari kursi2 mereka dan pada ngajak pulang.
Sementara hikam masih terlihat tenang di kursinya melihat permainan para dalang muda yg kira2 anak mahasiswa gitu.
Dan swami.... leeepppp, pules banget di sebelahnya
Tiap orang dapat waktu kurleb 1jam.
Di sesi ke 3, dia mulai klesotan yg akhirnya disuruh pipis sama swami. Tapi kali ini karena permainan tangan si dalang itu lincah banget memutar2 wayang, dia jadi nahan pipisnya.
Di sesi ke 3, dia mulai klesotan yg akhirnya disuruh pipis sama swami. Tapi kali ini karena permainan tangan si dalang itu lincah banget memutar2 wayang, dia jadi nahan pipisnya.
Sampai di sesi ke 3/4 dia nggak muncul2, rupanya dia duduk di belakang layar melihat wayang2 yg tertata rapi dalam wadahnya. Dan sesekali memegangnya. Swami tetap ngawasi dari jauh. Karena kalo yang nglarang itu swami, dia sok bisa tantrum. Tapi dia dibiarkan begitu saja, agar diingatkan sendiri sama crew dalang.
Saat di belakang layar rupanya bukannya menikmati bayangan wayang-wayang itu lagi, seperti yang ia lihat di beberapa pertunjukannya Sujiwo Tedjo, dan yang sering dilakukannya waktu teman-temannya pada latihan di Sanggar. Tapi melainkan ini anak mulai girang begitu banyak tim crew peserta dalang yang tengah menata wayang-wayang itu ke dalam wadahnya (semacam plangkan yang bisa dilipat).
Dia mulai asyik berinteraksi dengan mereka (entah ngomong apa, dan bagaimana mas-mas dan mbak-mbak itu, karena kami hanya ngawasi dari jauh)
"Biarkan aja, biar kalo ada sesuatu mereka yang ngingatkan. Daripada kita, ntar malah dia tantrum" kata swami
"Biarkan aja, biar kalo ada sesuatu mereka yang ngingatkan. Daripada kita, ntar malah dia tantrum" kata swami
Begitu satu crew itu memasukkan wayang-wayang itu ke dalam wadahnya, Hikam mulai gigit-gigit jari lagi. Dan ngluyur ke sudut pendopo yang kebetulan wayangnya belum mereka kemasi dalam wadah. Hanya ada satu atau dua orang di sana. Aku mulai cemas, begitu dua orang itu pergi (dalam artian, Hikam sudah nggak ada yang ngawasi lagi) karena jelas aja wayang-wayang yang mereka pakai sudah high class, dari tingkat ukiran, kelenturan sampai gagang penyu. Yang kira-kira untuk satu gunungan bisa nyampai 2jt, atau bahkan lebih. Belum wayang buto ataupun rampokan yang kira-kira kisaran di harga itu, karena bentuknya juga bagus.
Begitu sepi, ia mulai menata. Entah bagaimana dia mengelompokkan satu wayang dengan wayang lainnya. Dijajar rapi. (ah....?? ini mah, kebiasaannya dari bayi suka begini ini) Yang jelas, dia lebih hati-hati memang, nggak sembrono kaya di rumah.
"Masih mau nonton nggak? kalo enggak pulang aja yuk!" seperti biasa, sekali dua kali di lus, aku kadang sok suka naik suara. makanya aku mending minggir, daripada ntar tantrum :D
ku kode swami, untuk cepat-cepat mengalihkan perhatian Hikam dari situ. Entah kira-kira 15menit, dia muncul lagi dari balik layar dan mulai menyusuri deretan kursi-kursi yang mulai kosong. Dan ia kembali lagi ke tempat duduk tepat di belakang Juri, karena mungkin lebih jelas pandangannya.
Di situlah si kakek Juri yang rambutnya putih dikucir, dengan wajah lebih mirip orang luar. Dengan hidung tinggi, tipis, kulitnya putih keriput bersih dan bergelayut. Di situlah terjadi dialog sekilas antara mereka seperti yang ku jelaskan di atas tadi.
Begitu 4 orang selesai, dia tetap bersikukuh di kursinya. Padahal orang-orang sudah pada bubar. Dia belum mau pergi juga. Yang akhirnya begitu beberapa lampu dipadamkan dia mulai nangis. Bukan karena itunya, tapi karena sandalnya yang dikira ilang, padahal sudah ku ambil lebih dulu
Si Pemilih Makanan yang Hebat di bulan Puasa
Bagi reka, puasa itu menyenangkan. soalnya nggak ada acara makan.
Sementara bagi Hikam, itu seperti halnya hanya menahan untuk makan.
Selain pemilih makanan yang hebat, mereka ini juga sebenarnya nggak banyak makan. Jadi memang pada bulan puasa ini bukan hal yang sulit, karena keduanya nggak terbiasa ngemil dan juga makan rutin 3x sehari. Mereka bisa makan mudah di saat memang perut sudah lapar.
Sebenarnya nggak tega melihat badannya yang kurus dan mereka harus menahan makan untuk puasa. Tapi ya gimana lagi... namanya wajib. Apapun harus dipelajari, dan dirasakan.
Di hari biasa, sy sering coba-coba bikin kue apapun yang bisa kami buat. Tapi tetep saja, kue-kue itu hanya aku dan kadang ayahnya yang sering menghabisakan.
Sementara reka, kalo kue itu dianggap baru dan pas di lidahnya baru mau. Tapi kalo enggak, ya jangan harap.
Masalahnya jajan bungkusan yang di beli di toko-toko, seperti itu ada kalanya menjadikan tingkah hikam luar biasa bikin capek. Terutama yang berbau wafer dan coklat. Karena dia maunya hanya sekitaran itu, kalaupun boleh lagi snack semacam taro gitu, nah ini dia biangnya...
Awalnya aku nggak percaya dengan alergi Hikam, tapi semenjak lebaran 2tahun yang lalu tahu dia makan wafer coklat 1kaleng di tempat mbahnya, ampun lah... geraknya benar-benar seperti pesawat tempur.
Kadang aku sering dibingungkan dengan dua pilihan ini.
Biarkan dia makan apa yang dia suka sampai kenyang, ataukah menahan dan berikan variasi makanan yang seimbang.
Awalnya Hikam juga nggak bisa makan dengan nasi berkuah dikit, ia bahkan tampak geli melihat nasi di piring. Tapi kalo soal nasi ini, masih bisa aku paksakan, karena selain pakai sendok, masih aku suapkan. Jadi rasa jijik atau geli, masih bisa ku atasi. Nah, kalo kue, seperti agar-agar atau jeli buatan sendiri?? aku sendokkan pun dia bakal lari.
Irama pola makan itu kadang bikin kesel, karena harus menyediakan makanan yang mereka suka, sekaligus nggak bikin alergi. Padahal kue basah, itu nggak suka. Dan paling bikin nggak enaknya ati itu kalo sudah dibuatkan kue ngoyo-ngoyo atau kadang dibeliin, itu cuma kleleran dan ujungnya kebuang.
Pernah ada tetangga bilang, kalo di rumahnya dua anakku ini doyan makan kue lapis yang dia buat. Aku cuman senyum-senyum aja, karena nyatanya nggak bakalan Hikam mau nyentuh itu, apalagi makan. Pegang saja sudah geli,
Bahkan agar-agar pun, yang sengaja aku beli cetakan lucu-lucu, yang pikirku dia mau makan, itu sama sekali nggak kesentuh. Tapi soal roti tawar dan keju. Bisa habis itu satu plastik dalam sehari. Roti sobek pun sama, entah gimana... dia nggak akan mau menyentuh kalo perutnya memang nggak butuh.
Ya sudahlah... belajar tirakat aja kalian sejak kecil ya le... nduk...
Toh Tirakat itu nggak buruk, selagi tubuhmu itu bisa tumbuh maksimal, dan tenagamu bisa optimal untuk bergerak. silahkan saja.
*dan jangan meniru pola emakmu yang punya pola makan nggak teratur, makan di saat perut memang membutuhkannya, Atau terkadang lupa, begitu sadar sudah lemes badan
Awal belajar Puasa Hikam 5,11th
Saat bahasa lisan kurang efektif dengan si boy yg satu ini.
Aku putuskan dengan tindakan.
Yang ku lakukan adalah mencoba memahamkan apa itu puasa lewat bahasa tindakan dengan membiarkannya tidak makan meskipun pagi nya nggak sahur.
*eh..hehehe.... dasar, emak kejem
Aku putuskan dengan tindakan.
Yang ku lakukan adalah mencoba memahamkan apa itu puasa lewat bahasa tindakan dengan membiarkannya tidak makan meskipun pagi nya nggak sahur.
*eh..hehehe.... dasar, emak kejem
Karena biasanya dia memang cuek, makan ataupun tidak masa bodoh. Tapi sekarang dia nggak bisa seenaknya begitu, karena kami memang sengaja nggak stok makanan siap saji seperti roti apalagi jajan :D
Mantaaapphhh... 😄
Sehari dua hari dia bisa cuek, masuk tiga hari... baru kerasa, keder nggak karuan :D
Mantaaapphhh... 😄
Sehari dua hari dia bisa cuek, masuk tiga hari... baru kerasa, keder nggak karuan :D
Kalo kita bertiga keluar, lihat kedai es teh di jalan pasti teriak
"es teh je'wukk" :D
kakaknya yang jawab, "Kan puasa, nggak boleh minum"
Nanti giliran kita masuk warung cari lauk matang, sudah slonong boy manjat meja ambil krupuk, hihi...
"es teh je'wukk" :D
kakaknya yang jawab, "Kan puasa, nggak boleh minum"
Nanti giliran kita masuk warung cari lauk matang, sudah slonong boy manjat meja ambil krupuk, hihi...
Hari ke dua masih pakai pamit..
"Ummi, k'upuk ya?"
"Nggak, nanti maghrib"
begitu terus menerus dia keder nggak karuan.
Aku tahu bahasa tubuhnya menandakan dia sudah lapar banget. Iya, sekali makan satu porsiku habis. Ini... nggak pakai sahur, nggak pakai dhuhur tancap gas sampe sore.
"Ummi, k'upuk ya?"
"Nggak, nanti maghrib"
begitu terus menerus dia keder nggak karuan.
Aku tahu bahasa tubuhnya menandakan dia sudah lapar banget. Iya, sekali makan satu porsiku habis. Ini... nggak pakai sahur, nggak pakai dhuhur tancap gas sampe sore.
Ajib Boy...
Teruskan sampai akhir bulan yak?!
Satu bulan kelar, lulus paham kamu apa maknanya "Makan dan minum" bagi perut dan tenagamu :D
Paham pula apa itu "Puasa dan Tirakat
Teruskan sampai akhir bulan yak?!
Satu bulan kelar, lulus paham kamu apa maknanya "Makan dan minum" bagi perut dan tenagamu :D
Paham pula apa itu "Puasa dan Tirakat
Subscribe to:
Posts (Atom)
Perkembangan Amira 2-3tahun
Ledakan perolehan kosa kata terjadi dalam waktu satu tahun belakangan pasca kecelakaan di tahun 2021 Maret 28. Yang sebenarnya d...

-
Dalam Al Quran banyak dijumpai konsep kata. Ada qaulan ma'rufa , qaulan karima , qaulan sadida , qaulan tsaqila , qaulan baligha ,...
-
Sering orang mempertanyakan soal sosialisasi anak-anak Homeschooling ketika pertanyaan mereka tentang jalur pendidikan anak-anak Homeschool...
-
Percobaan Soda Kue dan Alkohol 75% yang "tidak menghasilkan reaksi" kata Reka, lalu kembali seperti percobaan biasanya, ditamba...