Saturday, October 18, 2014

Probabilitas

Sehari2 berkejar dg pekerjaan rumah&pertanyaan ttg probabilitas2 reka yg sering terdengar amat sangat sederhana.
(aku sering merasa kasihan hikam,yg sering terlupakan,gara2 ocehan reka yg nyaris nggak pernah berhenti)

Kesuburan Tanah & Sampah organik


Setelah sekian tahun berkutat dengan pengamatan&bermacam uji coba kesuburan tanah.
Akhirnya agak lego ketika kita punya kolam ikan. (   Jaka sembung, gak nyambung)
Artinya begini;

Mahalnya arti Kesabaran

Akhir-akhir ini Hikam menjadi komputer aholic, sejak ada komputer desktop di rumah. Memang, ketika dia sering berinteraksi dengan dunia maya perkembangan bicaranya mulai menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan. Tapi... sisi lain, bikin matanya jadi belekan.
Dan selain itu -ketika berada di depan komputer- dia kurang mau respon dengan segala sesuatunya yang ada di sekitarnya.
Sikapnya yang begitu, mungkin karena aku sering matikan komputer ketika dia lengah dengan sesuatu dan meninggalkan komputer. Jadilah dia tak mau bergeming dari depan layar itu.
Kalo sudah gemes dengan komputer, dia sering menempelkan wajahnya dengan layar itu seperti halnya ketika ia gemes denganku dia akan mencium pipiku tanpa harus aku minta.
Hihi... melihat matanya yang bulat aja geli apalagi kalo liat pipinya yang mbul-mbul.

Sebelum hari sabtu kemarin -waktu kita ada acara Workshop di Semarang tentang Gifted- perkembangan bicara dia benar-benar sudah mulai terlihat dari satu dua kosa kata yang keluar. Dan itu membuatku sebagai ibu benar-benar lega. Tapi jangan dibilang dia bisa langsung ngomong. Pasca sekembalinya kami dari semarang/bahkan ketika ikuti acara Workshop dia ah-ih-uh lagi.

"Syuuuut!!" serasa nyebur lagi ke got perasaanku.
Emang... selama perjalanan kami di Semarang dan ke tempat Mbahnya ada yang muncul, yakni sosialisasinya terbangun lumayan. Meskipun Emosi masih lumayan bisa dikendalikan dengan memberinya perhatian dan coba pengertian apa kemauan dan keinginannnya.

Dan ini...
Memerlukan kesabaran yang luas seluas samudra Hindia...
hah... bagaimana tidak?

Begitu sampai di depan kampus USM, aku yang sudah terlambat setengah jam benar-benar cepat ingin keluar dari mobil dan kututup pintu mobil berharap anak-anak tidak ikut.
Tapi apa yang terjadi saudara-saudara???
Begitu sampai di tangga, keduanya sudah lari duluan di belakangku.
Dan Hikam, sudah lari di depanku naik tangga tanpa memakai alas kaki.
Dan ayahnya masih tolah-toleh bingung mencari cari di tengah kerumunan orang.

"Hoooh??? bakalan gagal ni," pikirku
Bener,
Begitu sampai masuk ruang kelas, dia sudah nyruntul dulu di depanku masuk kelas.
Sementara Reka, diam-diam menyelinap masuk ke ruang kelas.
"Byar!!" gagal total, aku tarik nafas dalam
Kata panitia, "Nggak apa-apa Mbak,"

"Sudahlah" pikirku lagi nyerah
"Buang-buang uang Rp 250rb+biaya perjalanan yang lebih mahal, tentunya"
Awal mula dia (Hikam) mulai usik minta pangku, merebut Bolpen dsb.
Sementara Reka yang aku kasih isyarat untuk diam, jika mau ikut di dalam kelas, pun mulai di paham meskipun sesekali ia masih tanya dan tanya lagi seperti biasanya.

"Dar!" Hikam marah rebutan sama kakaknya Reka
dia teriak keras,
"Byur!!"
langsung aku angkat keluar ruangan. Tapi ternyata, di luar bukannya diam malah nangis teriak kencang.
"Hadeuh....??"
"Tolong aku ya Allah"

Waktu itu aku kembali masuk tanpa menghiraukan bagaimana reaksi wajah bu Julia.

Aku ambil kursi nomor dua dari belakang, melihat reaksi Hikam yang begitu.
"Ya, sudahlah" yang penting bisa ketemu dulu, baru nanti konsultasi lebih jauh lewat FB, pikirku lagi
Eh, ternyata eh ternyata....
Ibu-ibu yang super energik dengan komentarnya yang selalu english itu, ajak ngobrol lagi.
Kali ini tidak cukup satu dua kata melainkan berbaris-baris paragraf.

"Heeh??"
Aku kemari untuk denger obrolan dia yang nadanya sudah agak basi ni, versi bu Julia dalam bukunya.

Kepalaku semakin kriting dengar obrolan dia ini dan itu soal tingkah anaknya.
Bahkan di akhir sesi antar kelompok pun, dia masih banyak argumen-argumennya yang bikin bu Julia tampaknya agak kesal.

Dan aku,
hanya bisa menepuk dada "SABARRR..."
hanya bisa mengajukan satu saja pertanyaan,
yakni "Apa anggapan para Psikolog di Indonesia tentang Gifted Disinkroni?"

jawab bu Julia,
"Memang wacana itu belum berkembang sampai di sini"

Seribu pertanyaan nyerang pikiranku waktu itu,

"Lalu apa yang mereka (para psikolog dan antek-anteknya) baca selama ini?????!!!!"
Hingga penelitian sebelum tahun dua ribu masih ia jadikan pegangan, bahwa anak Gifted itu anak yang harmonis dan super genius tanpa masalah????





 
B

Perjuangan 3th bersama Hikam

 ada langkah2 yg harus q ambil.
Dia cocok berteman dg salah satu keponakan swamiku. Ya,meskipun dia perempuan.
Karena selama ini dia hanya mau berinteraksi hanya dengan anak laki/laki2 dewasa,kecuali sa emak dan kakaknya Reka.
Hehe... Masih ingat sekali ketika dia umur 2th nan aq ajak dia k pekalongan.
Kakakku yg gemes melihat Hikam pengen banget deketi dia,tapi blas...dia justru lari
"le,ini muhrimmu le!" tawa budhenya yg gagal deketi,apalagi cupit pipinya yg mbul2&matanya yg bulat. Sementara wajahnya selalu berseri riang kesana kemari.

Dan kini,setelah berbulan2 kami biasakan sabtu minggu ke Desa mbahny,akhirnya lumayan juga interaksinya dg anak2 kecil. Meskipun dia hanya mau main dg anak2d atas usia dia.

Tapi sekarang giliran badanku yg kian hari kian terkoyak rasa ngilu&capek luar biasa krn tiap sabtu minggu kami berempat harus boyong k tempat mbahnya,yg jaraknya satu jam dari rumah kami. Itu belum lagi dg jalanan bergelombang tak karuan.
Kalo dg kecepatan sedang bisa satu setengah jam.
Kadang malam,dg angin yg begitu kencang sering membuat kami flu,apalagi kalo hujan.
Sempat kami punya mobil,tapi rasanya tambah pusing. Karena hikam sering terjungkal ga karuan,dan kepalaku kian cenut2 ngatasi anak2 yg jadikan jok jadi perosotan,sementara gagang d atas pintu jadi ayunan.

Awal2 tenang juga kami pake motor,keduanya tenang.
Tapi begitu satu dua tahun nggak ada mobil,tekor juga tenagaku.

Untungnya satu,alhamdulillah tdk pernah sakit aneh2.

Hikam 3,4th dan Eureka 5th

alu bilang begitu.

Tapi ada yang unik. Dia mulai suka merapikan mainannya sendiri meskipun kalo aku yang merapikan, dia akan marah dan ngobrak-abriknya lagi. Sperti angka2 kecil yang terbuat dari kayu, dia marah kalo aku yang nata, dia rebut di jejer ulang dan dimasukkannya lagi.

Semalem kata ayahnya, Hikam nglepas colokan netbook yang masih tertancap, lalu menutup netbooknya dan memasukkannya dalam wadah dan tunjuk2 ke atas pada ayahnya minta diletakkan di atas lemari. hehehe...

Dan akhir2 ni yang paling lucu adalah ketika habis mainan komputer. Dia selalu matikan dengan cara shut down pada layar lalu melepas colokan kabel komputer. Agak riskan emang, tapi itulah dia. Semakin dia di larang semakin marah dan kadang menentang.

Menata boneka di atas lemari, pipis dan cebok sendiri (meskipun kadang masih suka ngacar dimana2, mungkin ini karena reaksi udara terlalu dingin jadi keseringan pipis), ketika mau BAB, tanpa berkata apapun -seperti Reka yang biasanya ribut dulu- langsung melepas celana dan langsung lari nongkrong di atas WC, kadang juga cebok sendiri. tapi seringkali karena aku nggak sreg, aku ceboki lagi, meskipun kadang cuma sekedar pipis.

Melihat dia anaknya yang suka cuek gitu, aku merasa ini perkembangan yang hebat buatku, meskipun mungkin anak seusia dia ini sudah biasa.

Akhir2 ini aku kadang melatih Reka untuk mengambilkan baju dan celana Hikam dan untuk dipakaikan, tapi kata dia susah, karena Hikam masih suka lari dan banyak tingkah. Kadang juga Hikam sendiri nggak mau dipakaikan baju sama Mbaknya.

Sementara hampir 2minggu ini kami tidak pergi ke tempat Mbah. aku pikir, ambil waktu jeda sebentar, agar pengaruh buruk yang mulai menempel pada reka pada pergaulan di desa sedikit  hilang. Dan Hikam, cukup batas aman, karena dia sudah mulai pandai berinteraksi.

Kemarin waktu ke tempat Mbah buyut, wajahku serasa ditekuk lagi melihat reaksinya yang cuek bebek waktu ditanya sama Bu Lik (dari Jombang) kebetulan kemarin (karena Bu Lik dan Pak Lik dari Surabaya baru datang dari Haji) jadi ngumpul semua anak2nya Mbah buyut.

Dia loncat kesana kemari, asyik ngoceh sendiri dalam bahasa planet, kadang juga seperti nyanyian dengan gerakan seperti main drama (dengan gerakan mata dan tangan lirik kesana kemari) yang biasa dia lakukan sejak 2,5th (sepertinya). Nggak tahu, sebenarnya apa yang sedang dia lakukan, dia sering seperti main panthomim sendiri dengan ngoceh bahasa yang kadang tidak aku ngerti. kalo lmungkin dia sudah bisa ngomong aku bilang, mungkin crewet banget. Seperti Mbaknya waktu ini yang suka tanya ini dan itu, protes dan lain sebagainya.

Akhir2 ini kakaknya masih suka nggambar, tapi gambarnya juga sering unik. Misal gambar rumah, yang diatas gentengnya ada mainan jungkat-jungkit dan trowongan Ban bekas serta gawangan yang biasa buat gelantungan.

Minggu kemarin kita sempat dari UMS untuk cari Informasi tentang Club Wall Climbing untuk anak2, karena dia suka heboh kalo suka bicara itu. Di sepanjang perjalanan dia tanya tentang posisi awan yang menggelantung terlalu gelap di atasnya. Waktu aku jelaskan, bahwa awan itu berupa titik2 air, dia tanya "Airnya banyak, ummi?"
Entah apa yang kami bicarakan lagi karena terlalu asyik memperhatikan awan gelap di atas kami.

Begitu sampai di UMS, melihat papan Climbing di pendopo dia langsung teriak "Moh ummi, nggak enak di sana aja, yang dulu itu" (aku tahu, dia merujuk Wall Climbing di sebuah Resto deket daerah Grojogan Sewu, karena di situ banyak anak2nya)

O ya, bicara soal Wall Climbing, dia sempat aku ajak main, ya di Resto itu. Awalnya dia mrenegk, karena sejak pagi emang posisi belum makan. Kebiasaan kami, "Makan di sana" tapi, terlalu jauh, jadi akhirnya sampai kesiangan tiba di tempatnya.
Begitu dia naik, agak gemeteran mungkin karena selain belum makan, dia mungkin juga belum terbiasa, begitu sampai di atas dia mulai merengek, dan langsung ditarik sama instrukturnya turun. hahaha... tapi habis itu, dia masih terus perhatikan anak-anak, sepertinya usia SMP nan pada naik. Kita tinggal kesana kemari pesan sarapan dan ayahnya nunggu Hikam yang minta naik jembatan gantung tapi Reka tak canggung sedikitpun. Bahkan akhirnya dia dapat teman anak Sd kelas satu/dua kayanknya lalu dapat teman seorang anak Chines sepertinya.

Emang di setiap kesempatan dia selalu begitu. Menyambangi anak2 seusianya, meskipun itu laki-laki. enggak di Mall, enggak di Kantor, enggak di arena permainan, dia sering dapat teman. Tapi kadang ada juga yang agak enggan diajak main.
Dan kami, hanya perhatikan dia dari jauh. Itu sudah biasa. Dan itulah Reka.

Kalo biasanya anak HS dibilang anak kuper yang ngggak bisa gaul, kalo menurutku justru anak sekolah lah yang suka pilih2 teman, hingga sering enggan untuk menyapa orang yang belum dikenalinya. ya, aku bilang meskipun Reka di atas rata-rata kalo soal ini.
SukaSuka ·  · 

Kabar Ber

Menuju Keluarga Sadar Lingkungan



Di musim Penghujan begini, kami lebih asyik menikmati Hujan dan suara angin yang bergemuruh di belakang (sawah), meskipun ini sangat mengerikan sebenarnya. Apalagi waktu hujan angin seakan menghempaskan rumah kami yang terlalu mungil di tengah-tengah perumahan tengah sawah.

Tapi jangan tanya kalo waktu musim kemarau, masya allah... panasnya minta ampun. Tapi untungnya si pemilik rumah ini dulu, membiarkan ada dua jendela dan sedikit space untuk duduk-duduk di belakang jadi lumayan sepoi anginnya.

Awal mula kami membuat pagar rumah, maksud hati pingin banget bikin resapan air, tapi kata si tukang "Nggak usah mbak, di belakang kan ada sawah".
"What?? Apa hubungannya?" pikirku
Air yang di depan rumah kan perlu diresapkan ke dalam tanah tho Pak?, nggak dilarikan ke sawah atau ke sungai yang  bercampur dengan limbah?

Kebayang seperti apa sumur2 di kota2 besar LN, hampir semua permukaan bumi tertutup yang namanya semen, lalu saluran air, mereka buat dengan pipa2 buesar di bawah tanah. Nggak tahu dialirkan kemana tu air, padahal dalam ayatnya jelas bahwa yang namanya hujan itu, bumilah yang menerimanya dan dalam ayat lain dikatakan "apakah kamu tidak berpikir?" "Berpikirlah" dsb, Itu artinya ketika ada hujan, biarkan dia meresap ke dalam tanah, lalu kau ambil dalam tanah yang berwujud air bersih (dengan bantuan mikroorganisme di sana) begitu kurang lebihnya. whahahaa... ST, ya, logikanya kan begitu toh?? bukankah ajaran Islam itu Logis? Siapa yang bilang aneh2? :D

Pun ilmuwan muslim keblinger pengetahuan2 barat untuk melakukan ini dan itu mengatasi masalah banjir.
Nggak usah jauh-jauhlah, aku sering perhatikan bagaimana cepatnya air hujan itu meresap ke tanah di halaman rumahku yang memiliki luas kurang lebih 2m x 10m, yang sepertiganya batako (tidak disemen), tanah terbuka+tanaman (yang sebagian aku pot, untuk tanaman2 tahunan, karena khawatirkan rusak tembok bangunan yang terlalu dekat), dan batu kerikil (kerikil ampas saringan pasir). Dan hujan yang lebat super hebat+mengerikan itu, air meresap tidak kurang dari seperempat jam setelah hujan agak reda, seneng banget rasanya bisa melakukan ini.

Aku pikir mungkin nggak heran kalo kota2 peninggalan kejayaan muslim di dunia seperti Cordova dsb begitu tertata rapi, dan begitu bersahabat dengan alam. Dan kayaknya belum pernah dengar kalo ada banjir pada masa2 itu di sana. Atau... ada yang pernah dengar???
Itulah yang selalu ku bayangkan (kota yang modern dan tetap bersahabat dengan alam)
Untuk itulah, rumahku adalah laboratorium sederhana miniatur dunia. hahaha....
Dan, kita berdua... paling anti kalo seluruh luas tanah di blog dengan cor, apalagi bangunan.
Aku sering heran aja lihat orang2 pada heboh bangun rumah yang fully semen, apalagi bangunan. Mereka ni, apa nggak butuh air? setidaknya, apa nggak berpikir di rumahnya itu ada sumur yang butuh pasokan air dari atas langit sana, ya meskipun di dalam tanah itu ada sungai, tapi tetap aja, kalo dipompa terus.

Itu baru soal Air, belum lagi soal tanah. Dan ini kaitannya dengan limbah keluarga.
Bicara soal limbah keluarga, balik lagi ulas masalah sampah.

Dan di Indonesia, BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA, itu belumlah memecahkan masalah. Itu menurutku...

Coba pikir, Ketika kita buang sampah di tempat sampah, dan sampah-sampah itu diangkut ke Tempat pembuangan akhir, ini masih menimbulkan masalah lagi bagi lingkungan sekitar. Baik Polusi Udara, tanah maupun ekosistem di dalamnya. karena apa? Yang dibuang itu bukan sekedar plastik/koran, tapi lebih dari itu sampah organiknya sisa-sia makanan dsb. Ada yang pernah mampir di Bantar Gebang?? Whewww??? baunya... ampunlah.

Untuk mengurangi kadar sampah ini, Di rumah kita hanya membuang sampah2 anorganik saja, yang simpel2 aja dulu lah... masalah kertas, plastik dan kaca, itu masih dalam proses pemikiran lebih dan lebih. Agak susah emang, tapi biasanya soal kertas, kita bakar, dan abunya kita taburkan ke pot2, dikit banget si... Sebenarnya kami perlu arang, karena si detektif Tikus sudah mulai mengendus tanah yang berbau sisa2 jajan yang tdak termakan/sudah basi. Aku berharap hidung si detektif Tikus tidak bisa mencium bau2 itu, karena sudah diserap oleh arang. Tapi untuk bikin arang, kita butuh api sedikit agak mengepul (nggak enak sama tetangga kanan kiri), sementara kenapa tidak kita beli? Karena maksud dari semua ini adalah memanfaatkan sumber daya yang ada.

Dan hasil dari semua itu, Alhamdulillah... tanaman yang waktu musim kemarau nyaris mau pada mati, kini mulai bersemi lagi. Apalagi tanaman bunga Krisan yang sempat mati, kini sudah trubus lagi. Dan Alhamdulillahnya lagi, pasokan O2 di rumah benar2 cukup untuk standar hidup sehat.

Bicara soal udara dan cahaya di rumah, alhamdulillah masih terjaga dengan baik. Ini karena kami manfaatkan betul makna adanya sawah dan halaman depan bagi keberlangsungan kehidupan. Jadi, lampu nyala di siang hari di tempat kami itu aneh, kecuali kalo benar2 mendung gelap. Bayangin aja, rumah sekecil 10x10 jendelanya ada tujuh, sementara gudang sedikit agak gelap, tapi akan terang begitu pintu depan/belakang akan dibuka.

Bandingin dngan rumah2 tetangga yang pada heboh tapi di dalam benar2 gelap dan sedikit pengap ketika nggak ada AC. yadewwww???

Jadi intinya, KESEHATAN dari alam ini benar2 gratis jika kita bisa memanfaatkannya dengan baik. Allah tak akan murka pada kita, ketika kita pun bersahabat dengan makhluk ciptaannya.

JAGA BUMI DAN ALAM SEKITARNYA, KARENA KITA ADA DI DALAMNYA!!!
S

Anak Bertalenta,Cerdas (Bright child), Berbakat (Gifted)


Anak bertalenta;

biasanya menunjukkan produksi kreatifnya yg luar biasa di atas rata2. Terhadap anak2 seperti ini,biasanya orang tidak melihat seberapa tinggi IQnya. Seperti seorang anak yg punya talenta bermain musik,jago beladiri dsb.

Anak Cerdas;

mampu mengcopy paste informasi dg baik. lainnya, ia menyukai logika sederhana,
biasanya berprestasi di atas rata2,
sangat pemerhati&terfokus,
menyukai kata2
mempunya ide2 yg baik
pekerja keras
mampu menjawab pertanyaan
mendengarkan dg perhatian
mudah belajar,
6-8kali mengulang untuk mahir
mampu memahami ide2
menyuukai persahabatan,
paham tujuan&arti
suka sekolah
menyelesaikan tugas
teknikus
gembira dg hasil pelajarannya.


Anak Berbakat (Gifted);

selalu bertanya
selalu coba2 (selalu mencoba keluar dari teks)
peneliti yg sangat ingin tahu
terlibat secara fisik maupun mental,makanya kadang melamun
terdorong pada kompleksitas
sering memakai kata2 tak umum
punya ideyg cepat,gila&inosens
mencoba2 cari batas
mendiskusikan secara detail,kritis&coba2 ubah peraturan
prestasi bisa d atas rata2/d bawah rata2
menunjukkan opini &perasaan yg kuat
mahir setelah repetisi 2x
pencipta ide2
lebih mencari teman yg tua
meneliti persamaan
penemu,sangat kritis thd diri sendiri
suka belajar
mengkreasi hal2 baru

(sumber; Anakku terlambat bicara,... By Julia maria van tiel

Biaya Konsultasi < Perawatan dan Pengasuhan



Kalo semua orang pada mengeluhkan seberapa besarnya biaya mereka yang dikeluarkan untuk konsultasi menangani anak ABK, kalo aku justru lebih mahalan biaya alat bantu belajar dan media.


Kaki Cicak

Akhir-akhir ini Reka cerewetnya minta ampun, dengan temperamennya yang nggak sabaran bertolak belakang jauh ma Hikam, agak teliti+telaten, juga titen.


Perkembangan Amira 2-3tahun

Ledakan perolehan kosa kata terjadi dalam waktu satu tahun belakangan pasca kecelakaan di tahun 2021 Maret 28. Yang sebenarnya d...